Minggu, 24 Februari 2019

Pengertian Pendidikan Life Skills Di Pesantren

Pengertian Pendidikan Life Skills di Pesantren 

Terdapat perbedaan pendapat ihwal pengertian pendidikan life skills atau pendidikan kecakapan hidup, namun esensinya tetap sama. Menurut Malik Fajar dalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani mengatakan, life skills adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik. Sementara itu team Broad Based Education Depdiknas mendefinisikan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang biar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga sanggup menyelesaikannya.

 Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skills sebagai kemampuan, kesanggupan, dan ketrampilan yang diharapkan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan  nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut mencakup beberapa aspek segala aspek sikap dan sikap insan sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya. Penjelasan pasal 26 ayat 3 UU No 20 tahun 2003 ihwal sistem pendididkan Nasional sebut bahwa pendidikan kecakapan hidup ( life skill Education ) yaitu pendidikan yang mempersembahkan kecakapan personal, sosial, intelektual dan kecakapn vocasional untuk bekerja atau perjuangan mandiri. Dari beberapa pendapat diatas, pendidikan life skills sanggup diartikan sebagai pendidikan yang mempersembahkan bekal dasar dan tes yang dilakukan secara benar kepada penerima didik ihwal nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berkhasiat bagi perkembangan kehidupan penerima didik. melaluiataubersamaini demikian, pendidikan life skills harus sanggup merefleksikan kehidupan positif dalam proses pengajaran biar penerima didik memperoleh kecakapan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Pengertian Pendidikan Life Skills di Pesantren Pengertian Pendidikan Life Skills di Pesantren

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) bergotong-royong bukan ialah hal gres bagi pesantren, alasannya yaitu semenjak lampau jenis pendidikan ini memang menjadi andalan bagi pesantren. Namun, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada kala global ini, pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan secara tradisional di lingkungan pesantren perlu mendapat sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni forum pendidikan lainnya dalam berebut lapangan pekerjaan yang semakin usang semakin kuat.

 Pendidikan life skills di pesantren ini bergotong-royong diadopsi dari teori pendidikan life skills dalam pendidikan formal. Dikatakan demikian lantaran intinya pendidikan life skills diterapkan itu memilki tujuan yang sama yakni menyiapkan penerima didik (santri) biar mampu, sanggup, serta terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa hadir. Secara umum sanggup dikemukakan, tujuan dari penyelenggaraan life skills di lingkungan pesantren yaitu untuk memmenolong para santri berbagi kemampuan berfikir, menghilangkan contoh pikir/ kebiasaan yang kurang tepat, dan berbagi potensi diri biar sanggup memecahkan problema kehidupan secara konstruktif, inovatif dan kreatif sehingga sanggup menghadapi realitas kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun batiniah.Meskipun pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren sanggup bervariasi, namun perlu diingat bahwa pendidikan life skills harus bersahabat lingkungan dan fungsional.

Artinya life skills harus diubahsuaikan dengan kondisi santri dan lingkungan serta memenuhi prinsip-prinsip umum yang harus di pegang dikala pensantren menyelenggarakan integrasi dengan pendidikan life skills yaitu:

 1) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2) Tidak harus mengubah kurikulum tetapi yang harus dilakukan yaitu penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada kecakapan hidup
3) Etika sosio-religius bangsa dihentikan dikorbankan dalam pendidikan kecakapan hidup (life skills), melainkan justru sedapat mungkin diintegrasikan dalam proses pendidikan.
4) Pembelajaran kecakapan hidup memakai prinsip learning to know, learning to do, learning to be dan learning to lifes together
5) Pelaksanaan life skills di pesantren menerapkan Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP)
6) Potensi kawasan sekitar sanggup direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis luas
7) Paradigma learning for life and learning to work sanggup dijadikan sebagai dasar pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan kehidupan positif penerima didik (santri)
8) Penyelenggaraan pendidikan senantiasa diarahkan biar santri ;

1) Menuju hidup sehat dan berkarakter
 2) Mendapatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan yang luas
3) Memiliki susukan untuk memenuhi standar hidupnya secara layak.

0 komentar

Posting Komentar