1. Sifat-Sifat dan Kepribadian Ulama’
Berdasarkan definisi di atas bahwa ulama’ itu ialah seseorang yang mempunyai kapasitas (tingkatan keilmuan) yang lebih di bidang keagamaan, di samping itu pula mempunyai kepedulian untuk tetap berbagi dan mempertahankan pemikiran agama Islam kepada masyarakat. Pelaksanaan pemikiran Islam dilaksanakan dengan penuh kesadaran, ketabahan, kepribadian yang luhur dalam rangka mempersembahkan imbas nyata kepada masyarakat.
Untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian ulama’ dalam fungsinya sebagai pendidik di masyarakat, yaitu ada beberapa ciri yang dikemukakan oleh Muhammad (1985;428 ) :
- Khasyah (takut kepada Allah)
Ini ialah unsur pertama dalam diri insan sebagai pengemban gelar ulama’. Ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Fathir ayat 28 berbunyi sebagai diberikut :
…….انما يخشى الله من عباده العلماء انّ الله عزيز غفور ( فا طر 28)
Artinya : …….. spesialuntuk yang takut kepada Allah, ia ulama’-ulama’ di antara hamba-hambanya, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”.
Dalam hati atau qolbu inipun ketaqwaan insan berkembang dan tumbuh dalam langsung manusia, sebagaimana dikemukakan oleh Hamid (1985 ; 13 ) bahwa :
Semua tubuh (anggotanya) tunduk dan patuh kepada hatinya dan mau bekerja atas perintahnya. Kalau pengajar itu suci membersihkan ,cemerlang bijaksana dan taqwa kepada Allah dan mempunyai rasa aib dihadiratnya, meyakini selalu dalam pengawasan Allah dan selalu bersedia mendapatkan bimbinganNya, maka berarti bathinnya memerintahkan dan mengintruksikan bahu-membahu yakni anggota badannya untuk mengadakan acara yang diridlai Allah.”
Untuk mencapai pada tingkat taqwa kepada Allah ini seseorang harus memmembersihkankan jiwa, alasannya ialah jiwa/hati ialah sentral acara bathin manusia, ialah pusat, rasa karya dan iradah. Dari hati inilah acara lahiriyah dan gerak badaniyah dikendalikan oleh setiap orang.
Kaprikornus hati insan memegang peranan penting dalam memilih sikap dan sikap yang dilaksanakan pada aktifitas hidup sehari-hari. Termasuk juga aktifitas yang berkaitan dengan training keagamaan masyarakat, bertetangga, dan individual. Insan taqwalah yang mempunyai qolbu cemerlang sehingga insan akan selalu menjunjung tinggi aspek keluhuran jiwanya.
b. Khusyu’ (tunduk dan patuh kepada Allah)
Perasaan khusu’ ini ialah unsur rohaniyah insan pada tingkatan lanjutan taqwa, artinya aspek kehusukan ialah bentuk pengembangan seseorang mempunyai sikap dan sikap serta ucapan yang merendah dan penuh ketaatan kepada Allah SWT.
Seorang ulama’ akan benar-benar bisa mendapatkan gelar keulama’annya jika dalam pribadinya selalu khusu’ dalam mengamalkan pemikiran agama. Baik ibadah yang bekerjasama dengan kiprah individual, juga amalan agama yang bekerjasama dengan aspek kemasyarakatan. Yaitu kiprah seseorang sebagai da’i atau pendidik agama di masyarakat.
Masalah langsung khusu’ dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat ; 199 ditegaskan yang berbunyi :
وانّ من اهل الكتب لمن يؤ من بالله وما انزل اليكم وما انزل اليهم خشعين لله ا يشترون بأيت الله ثمنا قليلا أولئك لهم اجرهم عند ربهم ان الله سريع الحسا ب ( ال عمران 199)
Artinya : Sesungguhnya diantara beberapa orangnya jago kitab ada yang diberiman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada mereka/engkau dan apa yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah diri kepada Allah SWT. Mereka tidak boleh menjual ayat-ayat Allah dengan uang sedikit. Untuk mereka itu pahala disisi TuhanNya. Sesungguhnya Allah Segeralah menghisabnya.
Atas dasar ayat yang di uraikan di atas, di samping selalu merendah diri, seorang ulama’ khusu’ selalu mengawasi tugas-tugas hidupnya di masyarakat tidak minta pamrih apapun menyerupai uang dan materi lainnya. Jelasnya spesialis ibadah dalam berda’wah supaya dalam berda’wah dan mendidik masyarakat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
. c. Tawadlu’ (rendah diri dan tidak sombong)
Sikap tawadlu’ atau tidak arogan dan tidak sombong akan sanggup membuka diri seseorang untuk lebih memahami diri sendiri dan orang lain serta membuka diri untuk lebih rajin dan tertib serta disiplin dalam menghadapi setiap kiprah dan persoalan.
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (Prestasi Belajar)
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Orang Tua - New !!
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
- Faktor-faktor yang mempengaruhi penemuan pendidikan
Sebab sikap sombong dan arogan spesialuntuk akan membawa seseorang pada kehidupan yang ndeso dan malas . lantaran orang takabbur akan karam pada hayalan kelebihan dirinya, sehingga akan selalu merasa puas diri dan tidak mau mengakui kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Dan orang takabbur akan tertutup jalannya masuk surga. Memang sikap sombong dihentikan oleh Allah , sebagaimana sabda Nabi yang dikutip dari buku yang karang oleh Bahreisy (1984 ; 25) yang berbunyi :
العز إزارى والكبرياء ردائى فمن نازعنى منهما شيئا عذبته
Artinya : Keperkasaan itu ialah sarung-KU (milik Allah), dan kebemasukan/sombong itu ialah selendang-KU (milik Allah), maka barang siapa yang mengambil dari padaku tehadap kedua hal itu maka saya akan menyiksa
d. Khusnul khuluq (baik akhlaq dan budi pekerti)
Akhlaq atau budpekerti yang baik ialah syarat mutlak yang harus
dipenuhi oleh seorang ulama’ sebagai pendidik, alasannya ialah dengan adat dan budi pekerti yang baik ini ialah bekal memilih keberhasilan dalam mendidik masyarakat.
Orang lain akan menilai sejauhmana kepribadian seorang ulama’ dalam bertingkah laris dalam kehidupan. Masyarakat akan mendapatkan fatwa dari seorang ulama’ kalau yang mengatakannya itu mempunyai kepribadian luhur dalam kehidupan sehari-hari.
- I-tsarul Akhirah ‘alad dun-ya ( mengutamakan alam abadi dari pada dunia)
Seorang ulama’ dalam perjuangan mengutamakan kepentingan alam abadi dari pada kepentingan dunia didasarkan pada firman Allah SWT. Dalam Al-qur’an surat Al-qashas ayat 80 berbunyi sebagai diberikut :
0 komentar
Posting Komentar