Rabu, 13 Februari 2019

Pengertian Teori Psikoanalisa

Pengertian Teori Psikoanalisa
         Dalam studi gender bukan spesialuntuk mitos dan norma kultural masyarakat patriarkhis yang mempunyai pandangan miring terhadap perempuan, hingga teori ilmiyah-pun ada yang tidak berpihak pada perempuan, menyerupai teori Sigmund Frued, tokoh teori Psikoanalisa, menyampaikan bahwa perbedaan kelabuin antara pria dan perempuanlah yang menyebabkan mempunyai kecendrungan rendah diri.

         Frued beranggapan bahwa semenjak tahap phalamanlic yaitu anak usia antara 3-6 tahun perkmbangan kepribadian anak pria da wanita mulai tidak sama. Perbedaan inilah yan melahirkan perbedaan deretan sosial menurut identitas gender. Menurut teori ini masa phalamanlic juga mrupakan masa ketika seorang anak menghbungkan identitas ayah dan ibunya dengan alat kelabuin yang dimiliki masing-masing. Rasa rendah diri anak mulai muncul ketika diriya menemukan ssuatu yang kurang, yang oleh Frued disebut kecemburuan alat kelabuin. Jadi, dalam perspektif ini unsur biolgis ialah unsur yang paling lebih banyak didominasi dalam membentuk sikap seseorang
         Dalam dunia psikologi, pensubordinasian wanita sudah terjadi semenjak ilmu ini berkembang. Subordinasi tersebut yang masih berjalan hingga dikala ini masih tertuang dalam ilmu analisa kejiwaan. Analisis ini banyak mendiskripsikan wacana eksistensi wanita yang diperkuat dengan struktur biologis. Para psikolog menyampaikan bahwa permpuan mempunyai kecerdasan yang lebih rendah, struktur otak yang kurang tersepesialisasi dan kepribadian yang lebih emosional dibanding laki-laki. Dalam perspektif di atas, psikonalisis Frued semata-mata spesialuntuk mendasarkan pada perbedaan biologis antara pria dan wanita dengan meninggalkan seluruh efek eksternal.Seperti aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Berbeda dengan pemahaman pedoman ilmu pengetahuan empiris positivistik yang berangkat dari pemahaman obyektif, universal dan bebas nilai. Menurut mereka pensubordinasian wanita terjadi akhir struktur dan sistem sosial yang tidak adil.dalam konteks ini, struktur dan sistem sosial-lah yang mentukan streotipe dan wilayah kerja mereka pria diasumsikan sebagai sosok yang kuat, perkasa dan bisa bekerja di sektor publik. Sedangkan wanita sebaliknya, dan spesialuntuk ditempatkan pada wilayah-wilayah domistik sebagai “ibu rumah tangga”.
         Dari sudut pandang di atas diakui atau tidak, pria menerima laba dari tumpuan hubungan gender. Walaupun kenyataannya masih tergantung pada setiap kondisi masyarakat bagi mereka mempertahankan norma sosial atau bahkan norma agama yang dipahami secara leterlek normatif (sempit) subordinasi dan ketidakadilan ini, tidak terlalu bermasalah alasannya ialah tiruana itu ialah bab dari “sunnatullah“. Akan tetapi dalam masyarakat terbuka yang cenderung bebas nilai subordinasi dan ketidakadilan sangat besar pengaruhnya terhadap eksistensi perempuan.

0 komentar

Posting Komentar