Masalah Intern dan Ekstern Dalam Belajar
1. Masalah-masalah intern belajar
Proses mencar ilmu ialah hal yang kompleks. Siswalah yang memilih terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak mencar ilmu siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak sanggup mengatasi masalahnya, maka ia tidak mencar ilmu dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang kuat pada proses mencar ilmu sebagai diberikut : 1) Sikap terhadap Belajar, 2) Semangat Belajar, 3) Konsentrasi Belajar, 4) Mengolah Bahan Belajar, 5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar, 6) Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan, 7) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar, 8) Rasa Percaya Diri Siswa, 9) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar, 10) Kebiasaan Belajar, dan 11) Cita-Cita Siswa.
2. Masalah-masalah eksten belajar
Proses mencar ilmu didorong oleh semangat intrinsik siswa. Di sam-ping itu proses mencar ilmu juga sanggup terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. melaluiataubersamaini kata lain kegiatan bela-jar sanggup meningkat bila acara pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupaka faktor ekstern belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka dite-mukan beberapa faktor ekstern yang kuat pada kegiatan bela-jar. Faktor-faktor ekstern tersebut berdasarkan Dimyati dan Modjiono yaitu sebagai diberikut:[2]
a. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru yaitu pengajar yang mendidik. Ia tidak spesialuntuk mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khusunya berkenaan dengan ke-bangkitan belajar. Kebangkitan mencar ilmu tersebut ialah wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas menge-lola kegiatan mencar ilmu siswa di sekolah.
Tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa tersebut meliputi hal-hal diberikut: (a) pembangunan korelasi baik dengan siswa, (b) menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat semangat belajar, (c) mengorganisasi belajar, (d) melakukan pendekatan pembelajaran secara tepat, (e) mengevaluasi hasil mencar ilmu siswa secara jujur dan adil, serta (f) melaporkan hasil mencar ilmu siswa kepada orang bau tanah siswa yang mempunyai kegunaan bagi orientasi masa depan siswa.
b. Pramasukana dan Sarana Pembelajaran
Pramasukana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang bela-jar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan akomodasi laboratorium sekolah, dan aneka macam media pengajaran yang lain. Lengkapnya pramasukana dan masukana pembelajaran ialah kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkap-nya pramasukana dan masukana memilih jaminan terselenggaranya pro-ses mencar ilmu yang baik.
Pramasukana dan sara proses mencar ilmu yaitu barang halal. Barang-barang tersebut dibeli dengan uang pemerintah dan masyarakat. Mak-sud pembelian tersebut yaitu untuk mempergampang siswa belajar. melaluiataubersamaini tersedianya pramasukana dan sara mencar ilmu berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya.
c. Kebijakan Penilaian
Proses mencar ilmu mencapai puncaknya pada hasil mencar ilmu siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses mencar ilmu berhenti untuk sementara. Dan terjadilah peni-laian. melaluiataubersamaini penilaian yang dimaksud yaitu penentuan hingga se-suatu dipandang berharga, berkarakter, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, berkarakter, atau bernilai hadir dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan mencar ilmu tersebut yaitu guru. Guru yaitu pemegang kunci pembelajaran. Guru me-nyusun desain pembelajaran, melakukan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
d. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergau-lan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia mempunyai kedudukan dan tugasan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia dengan simpel mengikuti keadaan dan segera sanggup belajar. Seba-liknya, bila ia tertolak, maka ia kan merasa tertekan. Pengaruh ling-kungan sosial tersebut berupa hal-hal diberikut: (a) dampak kejiwaan yang bersifat mendapatkan atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah serius belajar, (b) lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan ramai, (c) lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga di kelas sanggup berpenga-ruh pada semangat mencar ilmu kelas.
e. Kurikulum Sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah yaitu kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut meliputi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa acara pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional.
Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyara-kat. Kemajuan masyarakat didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan oleh pemerintah. melaluiataubersamaini kemajuan dan perkembangan masyarakat, timbul tuntutan kebutuhan baru, dan kesudahannya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekon-struksi tersebut menjadikan kurikulum baru. Demikian seri perubahan kurikulum yang terkait dengan pembangunan masyarakat.
Perubahan kurikulum sekolah menjadikan masalah. Masa-lah-masalah itu adalah: (a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bila tujuan berubah berarti pokok bahasan, kegiatan belajar-mengajar, dan penilaian akan berubah. Sekurang-kurangnya, kegiatan belajar-mengajar perlu diubah, (b) isi pendidikan berubah; kesudahannya buu-buku pelajaran, buku bacaan, dan sumber yang lain akan berubah. Hal ini akan menjadikan perubahan anggaran pendidikan di tiruana tingkat, (c) kegiatan belajar-mengajar berubah; kesudahannya guru hasur mempelajari strategi, metode, metode, dan pendekatan mengajar yang baru. Bila pendekatan mencar ilmu berubah, maka kebiasaan mencar ilmu siswa juga akan mengalami perubahan, dan (d) eavaluasi berubah; kesudahannya guru akan mempelajari metode dan metode penilaian mencar ilmu yang baru. Bila penilaian berubah, maka siswa akan mempelajari cara-cara mencar ilmu yang sesuai dengan ukurang lulusan yang baru.
0 komentar
Posting Komentar