Macam-macam Sifat Kepemimpinan Orang Tua
Dalam kepemimpinan pendidikan, orang renta ialah salah satu faktor penting dalam aktifitas menggerakkan putra-putrinya dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh orang renta itu sendiri, dan kepemimpinan orang renta memiliki imbas yang berpengaruh terhadap anak-anaknya, maka disini sudah barang tentu kepemimpinan orang renta yang baik dan benar dibutuhkan sekali, yaitu dengan aneka macam cara yang sanggup dilakukan. Teknik ini mencerminkan perilaku dan pandangan kepemimpinan orang renta terhadap anaknya, yang mempersembahkan citra pula perihalsifat dan bentuk kepemimpinan yang dijalankan.
Secara teorita sifat atau bentuk kepemimpinan orang renta dalam keluarga sanggup dibedakan menjadi tiga macam.
a. Otoriter
b. Liberal (LaiseesFaire)
a. Sifat Kepemimpinan Otoriter.
Dalam kepemimpinan yang sewenang-wenang ini, tiruana kebijaksanaan atau policy dasar diputuskan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaannya ditugaskan kepada bawahan. Semua perintah, pemdiberian kiprah dan pertolongannya dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya denga para bawahannya. Hal ini senada dengan ungkapan dirawat dkk. :
"Kebijaksanaan atau policy dasar diputuskan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya, tiruana perintah, pemdiberian dan dukungan kiprah dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinannya".[2]
Imam Barnadhib memdiberi klarifikasi bahwa :
"Kepemimpinan yang bertipe sewenang-wenang ini ialah pemegang peranan ialah orang tua. Semua kekuasaan ada padanya. Semua keaktifan anak ditentukan didalamnya. Anak sama sekali tidak memiliki hak mengemukakan pendapat".[3]
Sedangkan Abu Ahmadi mempersembahkan pengertian bahwa kepemimpinan sewenang-wenang adalah:
"Pemimpin memilih segala acara kelompok. Anggota-anggota kelompok tidak diajak tidak turut serta memilih langkah-langkah pelaksanann atau perencanaan terkena kegiatan-kegiatan kelompok itu". [4]
Dari ketiga pendapat tersebut walau tidak sama sifatnya yaitu dalam keluarga dan masyarakat, namun cara pelaksanannya ialah sama, dalam artian tiruana kebijaksanaan dan tiruana acara ditentukan oleh pemimpin. Anggota harus mendapatkan policy, kiprah ataupun instruksi dengan seksama tanpa ada kebebasan untuk menimbang baik buruknya, belum sempurnanya dan kelebihannya. melaluiataubersamaini demikian orang yang dipimpin harus selalu patuh dan setia. Wewenang sepenuhnya berada pada pimpinan. Orang yang dipimpin ibaratnya tidak lebih daripada manusia-manusia mesin yang berfungsi mendapatkan dan melaksanakan ide-ide atau konsepsi, kebijaksanaan-kebijaksanaan srta perintah-perintah pemimpin. Penilaian yang dilaksanakan sangat subjektif lantaran yang digunakan ialah kreteria pribadinya sendiri dan tidak berdasarkan standart yang adil.
Jadi pada diri sendiri seorang pemimpin sewenang-wenang terkumpul tiruana kekuatan dan keputusan, Karena kepemimpinan yang demikian spesialuntuk mengutamakan pendapatnya sendiri, maka biasanya menjurus kepada dictator. Oleh lantaran itu nafsunya untuk berkuasa dalam memilih keaktifan anak didiknya, dalam bertindak biasanya spesialuntuk menuruti kehendak hatinya saja dan bersifat emosional.
Kepemimpinan semaca ini dihentikan oleh Alah sebagaimana firmannya:
Ï Nà6÷n$$sù OßgoY÷t/ !$yJÎ/ tAtRr& ª!$# ( wur ôìÎ6®Ks? öNèduä!#uq÷dr& $£Jtã x8uä!%y` z`ÏB Èd,ysø9$# 4
(المائدة : 48)
Artinya :
"Maka putuskanlah masalah mereka mnurut apa yang sudah Allah turunkan, dan tidakbolehlah engkau menuruti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang sudah hadir kepadanya". (QS.AL-Maidah : 48) [5]
Dan Firman Allah yang lain :
ß Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ wur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4
Artinya :
"Maka diberikanlah keputusan (perkara) diantara insan dengan adil dan tidakbolehlah engkau mengikuti hawa nafsu, lantaran ia akan menyesatkan engkaudari jalan Allah" (QS. Saad :26)[6]
Berdasar kedua ayat tersebut diatas, sanggup dipahami bahwa kepemimpinan sewenang-wenang tidak dibenarkan. Ayat ini melarang siapa saja untuk mengikuti hawa nafsu, baik hawa nafsu pemimpin yang sewenang-wenang maupun hawa nafsunya sendiri. Setiap pertimbangan yang semata-mata mengikuti hawa nafsu akan menjerumuskan kearah perbuatan dholim dan menangnya sendiri. Oleh lantaran itu keputusan yang berdasarkan musyawarah dan berlaku bijaksana sangat diperintahkan oleh Allah, bukan keputusan dan prilaku yang spesialuntuk menuruti kehendaknya sendiri.
Jika sifat kepemimpinan sewenang-wenang ini diterapkan dalam pendidikan, kurang pas dan kurang sesuai dengan kondisi lantaran akan membawa jawaban negative, diantaranya:
"1) Peresaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang dipimpin lantaran selalu di bayangi oleh bahaya dan hukuman.
2) Akibat rasa takut, maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil insiatif dan keputusan, maka kreatif tidak akan pernahtersalurkan dan berkembang.
3) Timbul perilaku apatis, menunggu perintah gres kerja.
4) Sifatnya statis lantaran mengulangi sesuatu yang dianggap sudah berani". [7]
Imam Barnadhib mengemukakan:
"Kepemimpinan yang sewenang-wenang ini berakibat pada anaknya yaitu kurang inisiatif, gugup, galau, suka membangkang atau menentang kewibawaan orang tua, penakut dan penurut".[8]
Dari pendapat diatas, sanggup ditarik suatu kesimpulan bahwa orang renta yang mendidik secara otoriter, maka anak tidak akan kreatif, tidak punya inisiatif, jiwanya tertekan, ia menjalankan tugasnya lantaran terpaksa dan rasa takut dan biasanya ia membangkang apabila terlepas dari pengawasan orang tuanya.
ad.b Sifat kepemimpinan Liberal (Laisses Faire)
Sifat kepemimpinan liberal ini ialah kebalikan dari kepemimpinan yang otoriter, kepemimpinan liberal ialah :
"Pola tindakan dengan mempersembahkan kebebasan pada anak, bentuk pepemimpinen pendidikan ini sangat banyak mempersembahkan kebebasan pada anak. Ia akan berkembang berdasarkan kemampuannya sendiri, dengan cara sendiri, orang renta dalam hal ini menyerahkan secara keseluruhan pada pribadi anak dan tidak mempersembahkan bimbingan-bimbingan yang tegas tentang arah pendidikan anak-anaknya".[9]
Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP :
"Tipe kepemimpinan liberal ini membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak mempersembahkan control dan koreksi terhadap kerja anggota-anggotanya, dengan tanpa petunjuk dan masukan-masukan dari pimpinan. Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas, dan kabur. Segala diperbuatan dilakukan tanpa planning yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan". [10]
Dari beberapa pendapat diatas tampak adanya beberapa unsur dalam sifat kepemimpinan liberal ini yaitu :
1) Adanya kebebasan penuh
2) kurang adanya kebebasan
3) Orang renta (pemimpin) kurang berfungsi sebagai pemimpin
4) membiarkan anak berdasarkan kehendaknya
melaluiataubersamaini demikian sanggup disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam cara liberal ini, seorang pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala kehendak atau inisiatif anak, pemimpin mempersembahkan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpin. Seluruh kegiata tersebut berlangsung tanpa dorongan, bimbingan dan pengarahan dari pimpinan. Pimpinan menganggap tiruana itu ialah hak mereka. Walaupun ia turun tangga apabila diminta oleh orang yang dipimpin. Namun demikian pendapatnya tidak mengikat orang yang dipimpin itu, mereka bahkan boleh mendapatkan atau menolak.
Pemimpin dengan tipe mirip ini beropini bahwa tugasnya ialah menjaga dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dari orang yang dipimpin.
Tipe kepemimpinan mirip ini akan menyebabkan aneka macam hal yang negatif diantaranya:
1) Timbul kekacauan dalam pelaksanaan tugas
2) Timbul kesimpang siuran kerja dan wewenang
3) Banyak ide-ide yamng tidak terlaksana
4) Hasil kerja susah dicapai secara terbaik. [11]
Imam Barnadhib mengemukakan bahwa :
"Jika orang tu mendidiknya secara liberal, maka akan berakibat anak didik agresif, emosi anak kurang stabil, selalu mengalami kegagalan". [12]
Dan selanjutnya Dr. Hadari Nawawi menunjukan bahwa :
"Kepemimpinan mirip disebut diatas intinya kurang tepat bila mana dilaksanakan secara murni dilingkungan forum pendidikan"[13]
Dari beberapa pendapat tersebut diatas menegaskan bahwa cara kepemimpinan liberal ini kurang cocok bila diterapkan dalam lapangan pendidikan utamanya, juga dalam rumah tangga (informal) hal ini juga tidak sesuai dengan firman Allah :
والعصر (1) إن الإنسان لفى خسر (2) إلا الذين أمنوا وعملواالصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر (3)
Artinya :
"Demi masa(1) Sesungguhnya insan itu benar-benar berada dalam kerugian (2) kecuali orang-orang yang diberiman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati dengan kebenaran (3)".(QS. AL-Ashr : 1-3)[14]
Dalam Hadits Nabi disebutkan
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف الإيمان (رواه مسلم)
Artinya :
"Barang siapa melihat suatu kemungkaran maka perbaikilah dengan kekuasaannya, maka apabila engkau tidak mampu, maka perbaikilah dengan lisannya dan apabila tidak mampu, maka perbaikilah denga hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman".(HR. Muslim)[15]
Bertitik tolak pada firman Allah dan hadits tersebut, maka sanggup dipahami maka orang renta harus banyak mengarahkan anak-anaknya, dalam artian mempersembahkan bimbingan, dorongan, masukan dan nasehat-nasehat dan tidak membiarkan bawah umur berbuat sewenang-wenang diluar jalur agama. Hal ini dimaksudkan biar anak-anaknya nanti menjadi orang yang shaleh dan berakhlakul karimah yang memang ialah kiprah dan tanggung jawaban orang tua.
a.d.c. Sifat Kepemimpinan demokrasi.
Menurut Drs. U. Husna Asmara bahwa :
"Kepemimpinan Demokratis tetapkan kebijaksanaan ialah keputusan penting yang diadaptasi dengan tuntunan kelompok. Oleh lantaran itu dalam tetapkan kebijaksanaan berupa keputusan penting yang diadaptasi denga tuntunan kelompok. Oleh lantaran itu dalam tetapkan keputusan kebijaksanaan diputuskan bersama-sama oleh pimpinan bersama dengan anggotanya"[16]
Prof. Dr. Imam Barnadhib menyampaikan :
"Teknik kepemimpinan demokrasi yang dimaksudkan ialah memdiberi aarah atau pengertian yang balik kepada anak didik … memdiberi contoh-contoh yang baik sebagai pengarahan, dan mempersembahkan pola-pola yang baik kepada anak didik teladan yang baik ialah alat pendidikan yang sangat penting. Alat-alat pendidikan yang lain mirip nasehat dan tuntunan, hukuman, juga penting asal tidak terlalu banyak".[17]
Dari kedua pendapat tersebut diatas tanpak adanya beberapa unsur dalam kepemimpinan demokrasi yaitu :
1) Adanya system musyawarah
2) pemdiberian bimbingan dan isyarat kepada anak (yang dipimpin)
3) Terdapat adanya teladan tauladan yang baik.
Bila dipahami dalam kepemimpinan demokrasi ini, orang renta selalu mempersembahkan pengarahan , perhatian, bimbingan serta teladan tauladan yang baik. Anaknya dihargai berdasarkan ukuran wajar yang selalu diharapkan untuk selalu ikut berpartisipasi.
Dari beberapa pendapat dan uraian diatas, maka tipe kepemimpinan yang baik diantara tiga macam kepemimpinan itu ialah tipe kepemimpinan yang demokrasi, paling ideal dan cocok bila diterapkan dalam lapangan pendidikan rumah tangga.
Tentang kebaikan kepemimpinan demokratis ini sudah diungkapkan M. Moh Rifa'i :
"Kepemimpinan inilah yang dianggap paling baik lantaran perjuangan dan tanggung jawaban bersama oleh tiruana anggota kelompok". [18]
Juga ditegaskan oleh Dr. Hadari Nawawi :
"Dilingkungan lembaga-lembaga pendidikan, kepemimpinan demikrasi ialah bentuk yang paling harmonis lantaran memungkinkan setiap problem berpartisipasi secara aktif dalam membuatkan dan memajukan organisasi sebagai wadah yang membuatkan misi pendewasaan anak-anak. melaluiataubersamaini kepemimpinan ini setiap masukan masukan dan pendapat sebagai pencerminan inisiatif dan kreatifitas, selalu dipertimbangkan bersama untuk mewujudkan demi kepentingan bersama",[19]
Orang renta yang memimpin secara demokratis selalu mempersembahkan perhatian, pengarahan dan training serta bimbingan yang baik kepada anaknya. Tidak terlalu memaksakan kehendak dan juga tidak terlalu membebaskan yang tanpa control. Orang renta bertindak mirip yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewan tara :
Ing ngarso sung tulodho (kalau didepan mempersembahkan contoh)
Ing madyo mangun karso (kalau ditengah mempersembahkan bimbingan)
Tut Wuri handayani (kalau dibelakang mempersembahkan motivasi)
Menurut kepemimpinan yang ada dalam islam, rupanya kepemimpinan demokratislah yang paling tepat untuk diterapkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya :
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dalam urusan itu. Apabila engkau sudah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, bersama-sama Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya".(QS. Al-Imran:159)[20]
Dari ayat tersebut bisa dimengerti bahwa Allah memerintahkan kepada kita terutama pemimpin biar selalu memimpin secara demokrasi yakti selalu lemah lembut, memcintai anak buahnya, tidak bersikap keras dan tidak memaksakan kehendak. Apabila orang lain yang dipimpin melaksanakan kesalahan maka dianjurkan untuk memaafkan dan tentunya juga mempersembahkan suatu peringatan atau nasehat denga cara yang baik. Ayat tersebut juga menunjukan bahwa seorang pemimpin harus selalu berusaha bermusyawarah dengan anak buahnya terkena kepentingan bersama. Dan jikalau hal-hal mirip itu sudah dilakukan oleh orang renta dalam mendidik putra-putrinya, maka besar kemungkinantujuan untuk menjadikan bawah umur yang shaleh dan berakhlakul karimah akan tercapai.
0 komentar
Posting Komentar