Sabtu, 23 Februari 2019

Faktor-Faktor Yang Menghipnotis Sopan Santun Remaja


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Remaja
Akhlak memiliki obyek yang luas lantaran berkaitan dengan perbuatan dan tingkah laris manusia, yang setiap perbuatan dan tingkah lakunya akan masuk kedalam bagian-bagiannya, lantaran insan dalam hidupnya tidak lepas dengan aktifitas kekerabatan sesama manusia.
Masa remaja yaitu masa bergejolaknya bermacam perasaan yang adakala berperihalan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan kepada orang tua, belum sanggup dihindari. Mereka tidak ingin orang renta terlalu banyak campur tangan dalam urusan pribadinya. Kita sering kali melihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai itu, yang adakala membawa efek terhadap kesehatan jasmaninya

Ada beberapa faktor yang mensugesti terhadap pembentukan mental remaja yaitu :
a.       Faktor Intren
Masalah penting yang dihadapi oleh bawah umur yang sedang berada dalam umur remaja cukup banyak. Yang paling kelihatan yaitu pertumbuhan jasmani yang cepat. Perubahan yang cepat inilah yang terjadi pada fisik remaja yang berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut supaya orang remaja memperlakukannya tidak lagi menyerupai kanak-kanak. Sementara itu, ia merasa belum bisa berdikari dan masih memerlukan menolongan orang renta untuk membiayai keperluan hidupnya.
Keadaan emosinya yang goncang sering kali diungkapkan dengan cara yang tajam dan sungguh-sungguh. Kadang-kadang ia praktis meledak dan praktis tersinggung, padahal, mungkin tanpa disadarinya, ia praktis menyinggung perasaan orang tua. Sementara itu ia juga mengalami persaan guah, ia mulai tertarik kepada mitra lawan jenis. Akan tetapi, lantaran perkembangan tubuhnya kurang menarikdanunik, timbul juga perasaan malu. Akibatnya, dalam dirinya bergejolak perasaan gundah yang tidak menentu[2].
Bila kita tinjau penyebab akhlak yang tidak baik pada remaja atau terjadinya kebadungan remaja di pandang dari sudut pandang psikologi, maka tindakan dan perangai yang demikian itu dianggap sebagai sikap yang menyimpang. Perilaku tersebut tidak sanggup dilihat dari kelakuan dan penampilan yang terlihat dari luar saja, akan tetapi harus dikaitkan dengan banyak sekali faktor didalam diri langsung remaja yang bandel itu. Faktor-faktor luar yang mempengaruhinya biasanya berasal dari keluarga, lingkungan, sekolah, masyarakat, maupun efek luar yang sepintas kemudian kelihatan tidak berkaitan dengannya. Fungsi dan peranan keluarga dalam problem kebadungan remaja sangat menentukan, tidak spesialuntuk dalam penaggulangannya saja, akan tetapi juga dalam timbulnya kebadungan dan penyimpangan-penyimpangan etika remaja tersebut[3].
b.      Faktor Ekstern
Masa remaja yang mengalami banyak perubahan yang terjadi pada umur remaja pertama itu, sudah niscaya membawa kepada kegoncangan emosi. Kadang-kadang hal tersebut ditambah pula dengan banyaknya contoh-contoh yang tidak baik, tetapi membangkitkan banyak sekali berbagai dorongan dan keinginan yang mulai timbul dalam dirinya[4]. Apalagi di zaman masa ke 21 ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar memukau dan membuat insan terseret untuk ikut karam dan berkecimpung di dunia yang transparan tanpa rahasia. Manusia dihadapkan pada perubahan cepat dalam banyak sekali dimensi kehidupan, terbawa oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang setiap ketika memperlihatkan sesuatu yang lebih baru, lebih canggih dan lebih menyilaukan mata[5].
 Adapun banyak sekali hal yang disajikan oleh teknologi yang semakin canggih menyerupai media elektronik dan medi cetak, yang praktis ditangkap oleh remaja. Mungkin saja tiruana itu akan dijadikan oleh remaja sebagai alat identifikasi diri, sehingga mereka condong mendapatkan dan menirunya. Seolah-olah diri merekalah yang melaksanakan dan memerankan adegan yang disaksikanya itu.
Disinilah letak ancaman dan ancaman terhadap kehidupan beragama para remaja yang sedang mulai mekar, yang sedang menatap hari depan yang dibutuhkan dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi intinya baik dan berkhasiat bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan iptek itu sudah ditumpangi dan disalahgunakan olehsebahagiaan insan yang serakah yang tidak beragama, atau yang kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu dan  bujukan setan..
Secara tidak terasa, kaum muda Indonesia terbawa oleh arus yang sering didengar dan disaksikan dalam program jadwal kebudayaan yang ditayangkan oleh media elektronik, baik berupa tayangan lagu-lagu, film, olah raga dan lainya. Apa yang dilihatnya jauh lebih besar pengaruhnya dan lebih usang teringat olehnya, dan akan sering terbayang di ruang matanya. Dan yang paling banyak menjadi korban yaitu remaja, baik yang bersekolah maupun yang sudah bekerja. Betapa beraninya mereka minum-minum, mabuk-mabukan dan kemudian memperkosa mitra perempuanya. Ada juga perempuan yang dengan senang hati berbuat serong dengan mitra yang dicintainya[6].
c.       Faktor Lingkungan
Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang mengalami kegoncangan emosi, angan-anganya banyak. Khayalan wacana yang terlarang dalam agama mulai muncul, tanggapan pertumbuhan jasmaninya yang mendekati ukuran orang dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah. Akibatnya terjadi kegoncangan emosi, walaupun kemampuan pikir sudah matang.
Karena itu remaja yang sedang dalam gejolak pertumbuhan (13-21 tahun), yang kurang terlatih dalam nilai moral dan agama, praktis terseret kepada mengagumi dan memalsukan apa yang sangat senang dan menggiurkanya. Perbuatan salah, sikap menyimpang, ketidakpuasan terhadap orang tua, dan mungkin pula melaksanakan hal-hal terlarang dalam agama dan aturan negara, ialah menunya sehari-hari[7].
Sesungguhnya penyimpangan sikap dan sikap anak dan remaja tidak terjadi tiba-tiba, akan tetapi melalui proses panjang yang menlampauinya. Disamping itu banyak sekali faktor ikut berperan dalam kejadian tersebut. Diantara faktor - faktor yang timbul dari dalam diri anak atau remaja contohnya keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi tanggapan tekanan perasaan (frustasi), kehilangan rasa kasih akung atau merasa dibenci, diremehkan, diancam, dihina dan sebagainya. Semua perasaan negatif tersebut sanggup menimbulkan seseorang putus asa, bersikap negatif terhadap orang lain, bahkan mungkin juga sikap negatifnya dihadapkan kepada Allah. Maka ia condong menentang aliran agama, meremehkan nilai-nilai moral dan akhlak. Sikapnya boleh jadi akan mensugesti atau mewarnai seluruh penampilan perilakunya, air muka yang tegang, benci dan menentang setiap orang yang berkuasa, merasa iri dan dengki kepada orang yang melebihi dirinya, bahkan kebencian diarahkan pula kepada tokoh masyarakat, pemuka agama dan pemerintah.
Ada juga faktor negatif yang hadir dari keluarga, contohnya orang renta tidak rukun, sering bertengkar di hadapan anak, ada pula orang renta yang melibatkan anak dalam perselisihan mereka, sehingga si anak terombang-ambing diantara ibu dan bapaknya. Ada juga yang disebabkan oleh perlakuan tidak adil dari pihak orang renta terhadap anak-anak, dan beliau termasuk yang kalah bersaing dalam memperebutkan perhatian dan kasih akung orang tuanya

0 komentar

Posting Komentar