Akhlak-akhlak terpuji (Al-Akhlak Al- mahgampang)
A. Akhlak-akhlak terpuji (Al-Akhlak Al- mahgampang)
Al-akhlak Al-mahgampang disebut juga dengan akhlakul karimah, akhlakul karimah berasal dari Bahasa Arab yang berarti budbahasa yang mulia. Akhlakul karimah biasanya disamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur tersebut mempunyai sifat terpuji (mahgampang) (Sudarsono, 1994 : 209).
Akhlakul karimah mempunyai dimensi penting di dalam pertanggungjawabanan, yaitu : secara vertikal dan horizontal. Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji tadi ialah (Munir, Sudarsono, 1994 : 391).
1. Berbuat baik kepada kedua orang renta (birrul waalidaini)
2. Berlaku benar, atau (Ash-shidqu)
3. Perasaan aib (Al-haya)
4. Memelihara kesucian diri (Al-iffah)
5. Berlaku kasih akung (Al-Rahman dan Al-barr)
6. Berhemat (Al-Iqlishad)
7. Berlaku sederhana (Qana’ah dan zuhud)
8. Berlaku jujur (Al-Amanah)
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya “menghilangkan tiruana budbahasa kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan budbahasa kebiasaan yang baik, melaksanakan dan mencintainya (Asmaran, 1992 : 204).
Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya (Asmaran, 1992 : 148)
1. Karena bujukan atau bahaya dari insan lain
2. Mengharap pujian, atau lantaran takut menerima cela
3. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
4. Mengharapkan pahala dan surga
5. Mengharap kebanggaan dan takut azab Tuhan
6. Mengharap kerihaan Alloh semata
Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laris yang sesuai dengan norma-norma atau pedoman Islam. Akhlak yang terpuji dibagi menjadi 2 bagian, (Hamka, 1981 : 180) yaitu:
1. Taat lahir
Taat lahir berarti melaksanakan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama insan dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota lahir, beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir ialah :
a. Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari perilaku dan tingkah laris seseorang. Namun sifat penyesalannya ialah taat batin. Tobat, berdasarkan para sufi ialah fase pertama perjalanan menuju Alloh (taqorub ila Alloh).
b. Amar makruf, dan nahi munkar, perbuatan yang dilakukan kepada insan untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran. Sebagai implementasi perintah Alloh, dan hendaklah ada diantara engkau segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar (QS. Ali Imron : 104).
c. Syukur, berterima kasih kepada nikmat yang sudah dianugerahkan Alloh kepada insan dan seluruh makhluknya. Perbuatan ini termasuk yang sedikit dilakukan oleh manusia, sebagaimana firman Alloh, dan sedikit sekali dari hamba-hamba yang berterima kasih (QS. Saba ’ : 13).
2. Taat batin
Sedangkan taat batin ialah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan oleh anggota batin (hati)
a. Tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Alloh dalam menghadapi, menanti, atau menunggu hasil pekerjaan.
b. Sabar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam diberibadah, sabar ketika dilanda mala petaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, sabar dalam perjuangan. Dasarnya ialah keyakinan bahwa tiruana yang dihadapi ialah ujian dan cobaan dari Alloh SWT.
c. Qana’ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemdiberian yang dianugerahkan oleh Alloh. Menurut Hamka, Qana’ah mencakup :
1) Menerima dengan rela akan apa yang ada
2) Memohon kepada Tuhan pemanis yang pantas dan ikhtiar
3) Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan
4) Bertawakkal kepada Tuhan
5) Tidak tertarik oleh kecerdikan kancil dunia
Taat batin mempunyai tingkatan yang lebih dibandingkan dengan taat lahir, lantaran batin ialah pencetus dan lantaran bagi terciptanya ketaatan lahir. melaluiataubersamaini terciptanya ketaatan batin (hati dan jiwa), maka pendekatan diri kepada Tuhan (bertaqarrub) melalui perjalanan Ruhani (saliis) akan sanggup dilakukan (Zahruddin, Hasanuddin Sinaga, 2004 : 160-161).
4. Metodologi Pengajaran Pendidikan Akhlak
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada ketika berlangsungnya pengajaran. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai pencetus atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai peserta atau yang dibimbing. Oleh lantaran itu metode mengajar yang baik dalam metode yang sanggup menumbuhkan acara belajar.
Adapun yang dimaksud dengan metode mengajar budbahasa ialah suatu cara memberikan bahan pendidikan budbahasa dari seorang guru kepada siswa dengan mempunyai satu atau beberapa metode mengajar sesuai dengan topik pokok bahasan.
Sedangkan yang dimaksud pengajaran budbahasa berarti pengajaran wacana bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses acara berguru mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Pengajaran budbahasa ialah salah satu potongan dari pengajaran agama, lantaran itu patokan penilaiannya ialah pedoman agama. Yang menjadi samasukan pembicaraan budbahasa ialah perbuatan seseorang pada diri sendiri menyerupai sabar, wara’, dan sebagainya. Juga perbuatan yang hubungan dengan orang lain menyerupai pemurah, penyantun, penyayang, benar, berani, jujur, patuh, disiplin dan sebagainya. Disamping itu juga mengulas sifat-sifat terpuji dan tercela berdasarkan pedoman agama. Sehingga pengajaran bahan ini harus memakai metode yang sempurna biar ruang lingkup dan tujuannya sanggup tercapai terbaik.
Adapun metode-metode mengajar budbahasa ialah sebagai diberikut : Menurut Prof. Dr. Hamka metode pengajaran budbahasa ialah (Thoha, 1999 : 127-129) :
|
a. Metode Alami
Sebagai berkat anugrah Allah, insan diciptakan sudah dilengkapi dengan akal, syahwat dan nafsu amarah. Semua anugrah tersebut berjalan sesuai dengan hajat hidup insan yang diharapkan adanya keseimbangan.
Metode alam ini ialah suatu metode dimana budbahasa yang baik diperoleh bukan melalui pendidikan, pengalaman atau tes, tetapi diperoleh melalui insting atau naluri.
sepertiyang Firman Allah :
.... فِطْرَتَ اللهِ الّتِىْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا.... (الروم: 30)
Artinya : “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang sudah membuat insan berdasarkan fitroh itu”. (QS. Ar Rum : 30)
Pada dasarnya insan mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik, menyerupai halnya berakhlak yang baik. Sebab bila ia berbuat jahat, bahwasanya sangat berperihalan dan tidak dikehendaki oleh jiwa (hati) yang mengandung fitroh tadi.
Meskipun demikian metode ini tidak sanggup diharapkan secara niscaya tanpa adanya metode atau faktor lain yang mendukung menyerupai pendidikan, pengalaman, tes dan lain sebagainya. Tetapi paling tidak metode alami ini kalau dipelihara dan dipertahankan akan melaksanakan budbahasa yang baik sesuai fitrah dan bunyi hati manusia. Metode ini cukup efektif untuk menanamkan kebaikan pada anak, lantaran intinya insan mempunyai potensi untuk berbuat kebaikan tinggal bagaimana memelihara dan menjaganya.
b. Metode Mujahadah dan Riadhah
Orang yang ingin dirinya menjadi penyantun, maka jalannya dengan membiasakan bersedekah. Sehingga menjadi watak yang simpel mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi.mujahadah atau eprjuangan yang dilakukan guru menghasilkan kebiasaam-kebiasaan baik memang pada pertamanya cukup berat, namun apabila insan berniat sunguh-sungguh niscaya menjadi suatu kebiasaan. Metode ini sangat sempurna untuk mengajarkan tingkah laris dan berbuat baik lainnya, biar anak didik mempunyai kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi budbahasa baginya, walaupun dengan usaha yang keras dan melalui usaha yang sungguh-sungguh. Oleh lantaran itu guru harus mempersembahkan bimbingan yang kontinyu kepada anak didiknya, biar tujuan pengajaran budbahasa ini sanggup tercapai secara optimal dengan melaksanakan program-program pengajaran yang sudah ditetapakan.
c. Metode Teladan
Akhlak yang baik tidak spesialuntuk diperoleh melalui mujahadah, tes atau riadhah dan diperoleh secara alami berdasarkan fitrah / alami, akan tetapi juga sanggup diperoleh melalui teladan, yaitu mengambil teladan atau menggandakan orang yang bersahabat dengannya. Oleh lantaran itu dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.
Pergaulan sebagai salah satu bentuk komunikasi manusia, memang sangat besar lengan berkuasa dan akan mempersembahkan pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam. Metode teladan ini mempersembahkan pengalaman kesan atau efek atas tingkah laris perbuatan manusia. sepertiyang dikatakan Hamka (1984) bahwa “alat dakwah yang sangat utama ialah akhlak”. Budi yang positif sanggup dilihat pada tingkah laris sehari-hari, maka meneladani Nabi ialah harapan tertinggi dalam kehidupan muslim.
Metode ini sangat efektif untuk pengajaran akhlak, maka seyogyanya guru menjadi ikutan utama bagi anakdidik-anakdidik dalam segala hal, contohnya kelembutan dan kasih akung banyak senyum dan ceria, lemah lembut dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laris sesuai misi yang diembannya. Makara metode ini harus diterapkan seorang guru kalau tujuan pengajaran hendak dicapai. Tanpa guru yang memdiberi contoh, tujuan pengajaran susah dicapai.
Selain metode-metode di atas masih banyak metode-metode lain yang cocok untuk pengajaran akhlak, contohnya metode tidak langsung, yaitu cara tertentu yang bersifat pencegahan, pemfokusan terhadap hal-hal yang merugikan pendidikan akhlak, antara lain ; koreksi dan pengawasan, larangan serta hukuman, ini tiruana tergantung guru dalam mengemas bahan pengajaran budbahasa dan menerapkan metode-metode yang ada baik sendiri-sendiri atau gabungan
0 komentar
Posting Komentar