Sabtu, 23 Februari 2019

Tujuan Training Adat Remaja


Tujuan Pembinaan Akhlak Remaja
Pembinaan adat dewasa diselenggarkan dengan tujuan umum yaitu memmenolong para dewasa untu meningakatkan keimanan, pemahaman, dan pengahayatan serta pengalaman ihwal agama Islam sehingga menjadi insan muslim yang diberiman dan bertaqwa kepada allah yang maha esa, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan training adat dewasa secara khusus adalah:
a.       Remaja memahami dan menghayati anutan agama Islam, terutama yang berkaitan dengan fardu ain
b.      Remaja mau dan bisa dalam melakukan anutan agama Islam
c.       Remaja mempunyai kesadaran dan kepekaan sosial dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas dari perbuatan-perbuatan sebagai proyeksi dari kemampuanya, serta sebagai eksperimental dari apa yang diinginkanya. melaluiataubersamaini perbuatan itulah akan tercermin perilaku dan watak.
Dalam Islam penempatan adat ialah hal yang mutlak dimiliki dan dipunyai oleh setiap orang. Akhlak ialah upaya insan untuk mempertahankan keluarga dan hidupnya, dan adat pulalah yang membedakan insan dengan binatang. Akhlak yang baik ialah berderma, tidak menyakiti orang lain dan tangguh menghadapi penderitaan serta berbuat kebaikan dan menahan diri diri dari keburukan. Adalagi yang mengatakan, ”memmembuang sifat-sifat yang hina dan menghiasinya dengan sifat-sifat yang mulia”[2].
Bagi dewasa ide-ide agama, dasar keyakinan dan pokok anutan agama intinya diterima oleh seorang remaja, namun mabadunga beliau menerima Koreksian dan apa yang tumbuh semenjak kecilnya, begitu praktis sirna lantarankemampuan menagkap hal-hal yang ajaib masih lemah. Karena itu tidak jarang-jarang ide-ide pokok agama ditolak pula, bahkan kadang kala beliau merasa bimbang beragama, terutama bagi mereka yang mungkin tidak sanggup ditangkap dengan proses berfikir yang matang dan krisis.
Apabila agama sudah mencapai sifat-sifat moral pada remaja, maka kebaikan tertinggi ialah perasaan agama disertai oleh pikiran ihwal kebaikan yang tertinggi. Pada permulaan, ialah kelezatan, setelah itu muncul bapak dan tunduk kepadanya dan setelah tumbuh pikiran ihwal Allah, maka yang sangat baik ialah mematuhi perintah Allah. Kejahatan yang sangat besar dalam pandangan anak di usia dewasa ialah mencela agama. Nilai-nilai agama meningkat tolong-menolong nilai-nilai keluarga, atau berati bahwa moral keluarga mengikuti moral agama. Misalnya pada anak umur 10 tahun, si anak patuh kepada bapaknya alasannya Allah menyuruhnya, sedang pada umur 5 atau 6 tahun doloe, beliau patuh kepada Allah alasannya bapaknya menghendaki demikian. Ini ialah membuktikan kemajuan sosial dan pembiasaan diri terhadap keluarga berganti dengan pembiasaan agama[3].
Allah semakin bersahabat kepada jiwa si anak, alasannya si anak makin bersahabat pula  kepada dirinya sendiri, beliau mulai mendengar kata hatinya ihwal akhlak dan Allah menjadi pantulan dari bunyi tersebut. Seperti filsafat ”kant” menganggap bahwa morallah bukan nalar yang ialah jalan untuk memberikan kita kepada Allah, dari  penganalisaan ihwal arti ”wajib” yang membawa dengan sendirinya kepada Allah, sebagai keharusan moral. Demikian pulalah halnya dengan bawah umur yang sudah besar dimana kepercayaan tidak didasarkan atas keharusan pikiran, tapi ialah keharusan moral[4].
melaluiataubersamaini dasar itulah, maka bukan hal yang berlebihan jikalau generasi muda atau renta dewasa perlu dibina serta dididik dengan akhlakul karimah, biar dewasa mempunyai pemahaman dan klarifikasi yang memadai dan memuaskan ihwal tata norma kehidupan yang sesuai dengan anutan agama, berperangai yang baik serta berbudi pekerti yang luhur

0 komentar

Posting Komentar