Selasa, 12 Februari 2019

Tujuan Dan Macam Pendidikan Akhlak


Tujuan Pendidikan Akhlak

                        Pendidikan etika bertujuan biar sanggup memahami, mengetahui dan mengerti aliran agama yang sebetulnya yang nantinya diharapkan untuk menjadi insan yang berbudi luhur sesuai dengan nilai-nilai islam. Hal ini tidak jauh tidak sama dengan tujuan pendidikan agama islam pada umumnya yaitu:
"Membimbing anak biar mereka menjadi orang muslim sejati, diberiman teguh, berinfak saleh dan berakhlak mulia serta berkhasiat bagi masyarakat, agama dan Negara". [1]
                       

                        Tujuan ini juga selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) ba II pasal 4 :
"Pendidikan nasional bertujuan mencerdfaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan insan Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang diberiman, dan bertaqwa terhadap ilahi yang maha esa dan berbudi luhur, mempunyai pengetahuan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung balasan kemasyarakatan dan kebangsaan". [2]
                       
                        Jadi pendidikan etika baik yang diterapkan dilembaga formal, informal maupun non formal yakni bertujuan untuk membentuk insan kamil yang punya etika mulia dan membentuk langsung yeng mempunyai keyakinan yang teguh yang selalu mengikuti petunjuk dari Allah Swt. sepertiyang firman Allah :
Ïôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ Ÿ@ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏôgtƒur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ  
Artinya :
"melaluiataubersamaini kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoannya ke jalan keselamatann dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari petang gulita kepada cahaya terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus"Al-maidah : 16)[3]
                       
                        Pendidikan etika perlu didiberikan, alasannya yakni pendidikanlah yang banyak mempengaruhi seseorang untuk sanggup menjadi orang yang baik. Pendidikan ialah salah satu factor terbentuknya kepribadian seseorang. Karena itu pelatihan mental yang nantinya akan melahirkan etika seseorang perlu dikerahkan semenjak insan masih kecil, terutama oleh lingkungan keluarga atau orang tua, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Zakiah Daradjat :
"Pembinaan mental seseorang mulai ia kecil, tiruana pengalaman yang dilalui, baik yang disadari atau tidak ikut menjadi unsur-unsur yang menggabungkan dalam kepribadian seseorang. Diantara unsure-unsur terpenting yang akan memilih corak kepribadian seseorang dikemudian hari yakni nilai-nilai yang diambil dari lingkungan terutama keluarga sendiri". [4]
                       
                        Berdasarkan uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa sebetulnya etika insan bisa dirubah atau bisa dibuat oleh factor  dari luar suatu misal melalui pendidikan atau usaha-usaha yang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ  
Artinya :
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada dari mereka sendiri". (QS. Ar Ra'du : 11)[5]
                       

                        Ayat tersebut semakin menguatkan perkiraan bahwa etika mungkin saja dirubah. Dari sejarah diketahui betapa banyaknya orang arab yang berubah ahklaknya lantaran islam sudah memdiberinya petunjuk, sehingga mereka menjadi penyayang, sekalipin mereka sebelumnya tidak berprikemanusiaan. Keadilan bisa mereka tegakkan walaupun sebelumnya mereka orang dholim. Karenanya Dr. Muhammad Yusuf Musa dalam kaitannya dengan perubahan yang memungkinkan ini menyampaikan :
"Tidaklah diingkari mungkinnya perubahan etika dari jelek kebaik misalnya, kecua;li oleh orang yang takabur, mendustakan kenyataan yang kita rasakan dan saksikan sendiri, dan ini bukan spesialuntuk pada insan tetapi pada binatang juga yang tidak dikaruniai oelh Allah kekuatan nalar dan kesanggupan membedakan:. [6]
                        Oleh lantaran itu, disinilah pentingnya orang bau tanah selalu mempersembahkan didikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak-anaknya terutama dalam membina dan mendidik mental spiritual (akhlak)nya. Apalagi pada jaman kini ini, dimana nilai-nilai moral sudah mulai kabur dan etika manusiapun semakin tidak diperhatikan lagi. Keadaan semacam ini sangat memerlukan kehati-hatian orang tua, kewaspadaan dan perhatian yang sungguh-sungguh biar tidakboleh hingga salah langkah dan salah didik.

4. Macam-macam Akhlak
               Adapun macam-macam etika yang terdapat dalam sifat insan ini berdasarkan imam Ghazali terbagi menjadi dua yaitu etika yang baik (akhlakul mahgampang) dan etika yang jelek (akhlakul madzmumah).
                        Akan tetapi dalam skripsi ini tidak akan dibahas kedua macam tersebut secara keseluruhan, melainkan spesialuntuk yang berkenaan dengan etika baik saja, alasannya yakni etika yang jelek itu ialah kebalikan dari etika yang baik. Adapun yang termasuk etika yang baik ialah :
a. Menunaikan Amanat
"Amanat yakni segala hak yang dipertanggung jawabankan kepada seseorang, baik hak-hak itu milik Allah (haqqullah) maupun hak hamba (haqqul adami), baik berupa pekerjaan maupun perbuatan dan kepercayaan". [7]                    
                        Sedangkan berdasarkan Drs Barnawei Umary amanat ialah :
"Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik harta maupun ilmu ataupun diam-diam yang wajib dipelihara atau disampaikan kepada orang berhak menerimanya". [8]
                       
                        melaluiataubersamaini demikian sanggup disimpulkan bahwa amanat ialah memelihara dan melaksanakan apa yang menjadi hak-hak Allah ataupun hak-hak insan yang dipercayakan kepadanya. Amanat itu melengkapi segala apa yang dipertaruhkan kepada kita yakti amanat harus dipelihara, kita laksanakan serta kita layani, baik berupa harta, kehormatan maupun berupa sesuatu hak yang lain. Bahkan amanat melengkapi undang-undang yang ilahi sudah pertaruhkan dalam tangan kita dengan maksud supaya kita menjaganya dan menyampaikannya kepada insan pada umumnya.
                        Amanat yakni pandangan islam cukup luas pengertiannya, melambangkan arti yang bermacam-macam. Tetapi tiruananya bergantung kepada perasaan insan yang diserahi amanat. Oleh lantaran itu islam mengajarkan kepada pemeluknya biar bisa memelihara dan menjaga hak-hak Allah dan manusia. Allh membuat insan bukan untuk berlenggang kangkung di atas bumi ini, tetapi mempunyai dan mengemban tugas-tugas sesuai dengan kemanusiaannya, baik terhadap dzat pencipta ataupun dengan sesamanya, bahkan dengan makhluk lain dan alam sekitarnya. Manusia sebagai mahluk Allah bertugasdan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan perintah-perintah Allah secara komplit dan permguant dan menjauhi larangan-larangannya. Hartawan hendaklah mempersembahkan sebagianhartanya yang ialah hak orang lain yang dipercayakan kepadanya, penuh bertanggung balasan atasnya ilmuwan hendaklah mempersembahkan ilmunya kepada orang yang memerlukan, orang yang didiberi diam-diam hendaklah menyimpan, memelihara diam-diam itu sesuai dengan kehendak yang mempercayakan diam-diam itu kepadanya dan lain sebagainya.
                        Kita sebagai insan yang ditetapkan sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini, aneka macam mengemban amanat Allah dalam hubungannya dengan apa yang disebut hablum-minallah dan hablum-minannas. Dan halitu wajib dilaksanakan, sebagaimana firman Allah :
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Artinya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau memberikan amanat kepada yang berhak menerimanya , dan (menyuruh engkau) menetapkanhukum diantara insan supaya engkau memutuskan dengan adil, sesungguhnya Allah memdiberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah yakni maha mendengar lagi maha melihat" (QS. An Nisa : 58) [9]
                       

                        Dari Anas ia berkata : Rasulullah tidak berkhutbah di depan kami kecuali bersabda :
لا إيمان لمن لا أمانة له ولا دين لمن لا عهد له (رواه أحمد)
Artinya :
"Tidak tepat doktrin seseorang yang tidak sanggup dipercaya. Dan tidak tepat agama orang yang tidak menunaikan janji". (HR. Ahmad) [10]
                       
                  Kebanyakan orang awam suka menyempitkan pengertian amanat spesialuntuk kepada urusan menjaga titipan saja, padahal sebetulnya pengertian amanat dalam islam cukup luas dan berat tanggung jawabannya. Ada tiga amanat yang pokok kepada insan yang harus dilaksanakan dan dipelihara sebagaimana mestinya, yaitu
"1) Ilmu pengetahua. Ilmu pengetahuan bersumber dari Allah yang didiberikan kepada mereka yang berpredikat ulama, kaum cendekia pintar dan kaum intelektual. Mereka ini bertanggung balasan untuk memelihara ilmu, menyiarkan, menggali dan mengembangkannya.
2) Kekuasaan, kekuasaan itu yakni milik Allah yang didiberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan, yaitu pemimpin-pemimpin rakyat, tokoh-tokoh masyarakat baik bertarap formal maupun bukan bertarap formal,baik berkaliber regional nasional ataupun bertarap internasional, kekuasaan yang ada ditangan mereka itu yakni amanat Allah yang harus dijunjung tinggi yang dilaksanakan dengan sesuai pada norma-norma yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
3) Harta. Harta pada hakekatnya yakni kepunyaan Allah yang dilimpahkan di tangan mereka yang disebut dengan hartawan, usahawan atau produsen, untuk mengurusnya dengan baik pula sesuai dengan prinsip-prinsip yang diputuskan Al-quran dan Al-Hadits". [11]

b. Sabar
"Sabar ialah tahan menderita yang tidak disenangi dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah"
                       
                        Dan bukanlah disebut sabar orang yang menahan diri dengan paksa, tetapi sabar yang hakiki ialah sabar yang bangun atas mengalah kepada Allah dan mendapatkan ketetapan Allah dengan lapang dada.
                        Sabar juga bukan berarti mengalah tanpa syarat tetapi sabar yakni terus mengusahakan dengan hati yang tetap, diberikhtiyar hingga keinginan sanggup berhasil dan dikala mendapatkan cobaan dari Allah, wajiblah ridha dan hati yang ikhlas.
                        Sebagai hamba Allah, kita tidak terlepas dari segala ujian dan cobaan yang menimpa kita, baik tragedi alam yang bekerjasama dengan langsung kita sendiri, maupun tragedi alam dan tragedi yang menimpa pada kelompok insan maupun bangsa. Terhadap segala macam kesusahan dan kesempitan yang bertubi-tubi dan sambung menyambung, maka spesialuntuk sabarlah yang memancarkan sinar yang memelihara seorang muslim dari kejatuhan kebinasaan, mempersembahkan hidayah yang menjaga dari putus asa. Sebagai muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan perhatian dengan tenang, sabar yakni suatu potongan dari etika utama yang dibutuhkan seseorang baik dalam duduk kasus dunia ataupun agama. Perintah untuk bersabar ini dalam Al-quran diantaranya :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  

Artinya :
"Hai anak ku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa engkau. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah". (Qs. Luqman : 17)  [12]

(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  

Artinya :
"Jadikanlah sabar dan shalat penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu". (QS. Al- Baqarah 45) [13]

                        Dalam hadits. Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya :
Artinya :
"Barang siapa yang latihan kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Dan tidak ada seorang yang mendapat karunia (pemdiberian) Allah yang lebih baik atau lebih luas dari pada sabar". (HR. Bukhari). [14]

                        Dalam hadits lain, yang artinya :
Artinya :
"Bersabar yakni cahaya yang gilang gemilang ". (HR.Muslim)[15]
                        Dan masih banyak ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menyuruh kita untuk bersabar.
                        Sabar yakni diantara gejala kebemasukan dan lambing kesempurnaan serta ialah unsure-unsur keberanian yang matang dan kepahlawanan yang tinggi, bagi yang bisa menahan kesabaran di dalam hidup yang ialah usaha baik untuk bekal di dunia atau di akhirat. Niscaya akan memperoleh kesenangan walaupun dalam waktu yang lama.

c. Tawakkal.
                        Yang dimaksud dengan tawakkal yakni :
"Berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan atau menyandarkan diri kepada Allah Swt. Tatkala menghadapi suatu kepentingan, dalam waktu belum sempurnanya, teguh hati tatkala ditimpa tragedi dengan jiwa dan pikiran yang damai serta hati yang kuat". [16]

                        Sedangkan berdasarkan Drs. Kahar Mansyur, Tawakkal :
"Menyerah atau pamrih sepenuhnya. Bertawakkal kepada Allah ialah menyerahkan permasalahan kepada Allah sepenuhnya, sehingga apa pun keputusan yang didiberikannya tidak ada rasa sedih lagi, tetapi menerimanya dengan sepenuh hati".[17]
                       
                        Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka sanggup dipahami bahwa tawakkal ialah menyerahkan tiruana urusan kita sepenuhnya kepada Allah sehabis kita berusaha seterbaik mungkin, sehingga mau mendapatkan keputusan dan ketetapan yang didiberikan Allah padanya dengan hati yang ikhlas.
                        Berbicara soal tawakkal, mak haruslah pula kita mengetahui wacana usaha insan (ihktiyar). Ada korelasi yang sangat erat antara ikhtiyardan tawakkal. Janganlah sekali-kali meletakkan tawakkal pada proporsi yang salah dan keliru maqomnya, lantaran hal itu justru akan sangat berbahaya terhadap hidup dan kehidupan kita. Tawakkal harus diletakan sehabis kita diberikhtiyar yang memenuhi persyaratan-persyaratannya. Dalam hal ini Drs. Kahar Mansyur menandakan wacana bagaimana cara bertawakkal yang baik yaitu :
"1) Memasang niat baik
2) Penuh harapan akan berhasil
3) Sesudah berusaha meterbaikkannya
4) berpedoman aliran Allah
5) Sedia mendapatkan keputusan yang didiberikan
6) Baik sangka akan berhasil".[18]

                        Adapun dalil yang menyuruh kita berbaik sangka yakni sebuah hadits yang artinya :
"Siapa yang bercita-cita hendak berbuat baik tetapi belum sempat dikerjakannya, pada Allah menuliskan pada sisi-Nya sebagai suatu amal yang tepat dan kalau ia bercita-cita dan dikerjakannya, maka ia dituliskan pada sisiNya sepuluh kebaikan hingga 700 ganda dan ganda yang lebih banyak lagi (sesuai dengan ikhlasnya)".(HR. Bukhari-Muslim)[19]        
                       
                        Dalam Al-quran aneka macam ayat-ayat yang menyuruh kita untuk bertawakkal, diantaranya :
 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ  
Artinya :
"Hanya kepada Allahlah engkau hendaknya bertawakkal kalau engkau benar-benar orang yang diberiman" (QS. Al-Maidah :23) [20]

y #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya :
"Apabila engkau sudah mengambil keputusan (bulat tekadmu) Bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang –orang yang bertawakkal kepadaNya".(QS. Ali Imran : 159) [21]

                        Islam menyuruh para pengikutnya untuk bertawakkal kepada Allah. Sebab dengan bertawakkal, orang hidupnya tidak akan mengalami kebingungan dan tidak akan pernah merasa frustasi di dalam hidupnya walaupun ditimpa majemuk cobaan dan kepahitan serta kegagalan yang silih berganti, alasannya yakni orang yang bertawakkal selalu yakin dan percaya bahwa tiruana yang terjadi atas dirinya yakni dari Allah yang didalamnya terkandung hikmah yang sangat berarti. Tawakkal ialah potensi dan kekuatan yang dahsyat bagi jiwa dalam menghadapi usaha-usaha yang berat, terasa enteng oleh rohani dan jasmani, serta terhindar dari jurang kenistaan. Akan tetapi tawakkal yang salah letak dan posisinya, akan menimbulkan diri seseorang menjadi beku (statis) tidak bisa berpacu dalam berbuat yang maslahat dan tidak bisa mngfungsikan dirinya sebagai mahluk yang fungsional.

d. Bersyukur
"Syukur berasal dari kata bahasa arab "syukrun" yang berate mengingat atau menyebut nikmatnya dan mengagungkannya. Kaprikornus bersyukur atas Allah berarti "menyebut nikmat Allah atas kita dan mengagungkannya". [22]

                        Bertitik tolak dari pengertian diatas, maka sanggup dipahami bahwa bersyukur ialah mengingat nikmat-nikmat Allah yang didiberikan Allah kepadanyaserta mempergunakan nikmat itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Orang dianugrahi nikmat yang berupa umur, maka sudah sepantasnya kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah dengan arti yang sebenar-benarnya. Kita dianugrahi nikmat yang berupa harta, maka harta itu harus kita gunakan di dalam jalan yang diridhai oleh Allah. Itulah rasa terimakasih dan rasa syukur yang sebenarnya. Kaprikornus bukan spesialuntuk cukup dengan mengingat dan menyadari bahwa kita didiberi nikmat yang sangat banyak oleh Allah, tetapi yang lebih penting ialah bagaimana kita memakai nikmat itu sesuai dengan apa yang diridhoi oleh Allah.

Macam-macam Syukur  

"1)    Bersyukur dengan verbal atau lidah.
         Tekniknya ialah mengingat dan menyebut-nyebut nikmatnya atas kita. Bukan lantaran sombong, tetapi lantaran senang dan bangga. Kita ucapkan Alhamdulillah"segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang didiberikannya".
2)      Bersykur dengan tubuh atau tubuh.
         Tekniknya ialah kita rajin melaksanakan apa yang diperintah Allah Swt. Seperti sholat yang lima, pergi bergotong royong pada yang baik, menafkahkan sebagian dari pada rizqinya dan lain-lain.
3)      Bersyukur dengan benda atau Harta.
         Tekniknya ialah kekayaan kita pakai untuk kepentingan yang diharapkan Allah Swt. Untuk biaya keluarga secara wajar, mempersembahkan menolongan kepada masjid atau fakir miskin dan lain sebagainya." [23]
                       
                        Allah senantiasa mencurahkan nikmatnyakepda kita dengan majemuk nikmat yang tidak sanggup dihitung jumlahnya. Walaupun kita jadikan air lautan untuk jadi tinta dan tiruana ranting dan batang kayu menjadi tangkai penanya belumlah akan sanggup terhitung jumlah nikmat Allah yang kita pergunakan tiap-tiap hari, mulai dari semenjak terbitnya matahari hingga terbenamnya dan terbitnya lagi. Dalam hal ini Allah berfirman :
bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ  
Artinya :
“Dan kalau engkau menghitung-hitung nikmat Allah, pasti engkau tidak sanggup memilih jumlahnya". (QS. An Nahal: 18)[24]
                       
                        Sungguh benar firman Allah itu andai kata kita ingin juga hendak menghitungnya satu persatu, terkena macam nikmat yang kita masukkan kedalam perut kita yang lewat kerongkongan, rasanya akan payah kita menghitungnya, belum lagi nikmat yang lainnya. Karena itu maka sudah sangat masuk akal apabila kita mensyukurinya. Hal ini memang ialah perintah dari Allah sebagai pemdiberi nikmat, sebagaimana firmannya :
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  
Artinya :
"Ingatlah pemdiberitahuan tuhanmu; kalau engkau bersyukur nuiscaya engkau tambah (nikmat) kepadamu, dan kalau engkau mengingkari (nikmat-ku) , maka sesungguhnya siksaku amat pedih". (QS. Ibrahim :7) [25]

e. Tawadhu'.
                        Tawadhu' lawannya takabur; tawadhu ialah :
"Memelihara korelasi dan pergaulan sesama insan tanpa perasaan kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain, maksudnya mempersembahkan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak meninggikan diri dari derajat yang sewajarnya,tidan menurunkan pandangan terhadap orang lain dari tingkatnya, dimana tawadhu' menimbulkan diri memperoleh ketinggian dan kemulyaan". [26]

                        Dikatakan oleh Al Mas'udiy bahwa tawadhu' ialah
"Memdiberikan kepada orang lain (yang berhak) haknya tanpa dikurangi dan dilebihinya. melaluiataubersamaini kata lain tawadhu' yakni "tahu diri" atau rendah hati, suatu sifat tidak suka memamerkan, insaf dimana kedudukan yang sebenarnya, sehingga tidak lebih keatas dari yang sebetulnya dan tidak pula kebawah. Kaprikornus bukanlah merendah diri, sebagaimana orang kerap kali salah mengirakannya. Orang yang tau diri (tawadhu') tidak merasa kecil dirinya dihadapan orang yang berkedudukan tinggi dan tidak pula merasa besar dirinya dihadapan rakyat biasa". [27]
                       
                        Orang yang pintar menguasai diri ialah orang yang tahu kawasan duduknya, tahu apa yang ada dalam dirinya akan belum sempurnanya-belum sempurnanyanya. sepertiyang kita ingat perkataan sahabat bersahabat umar bahwa saya berharap, hendaklah seorang amir bergaul dengan rakyatnya serupa mereka saja, tetapi disana tetap juga terang bahwa beliau amirnya.
                        Setiap insan masing-masing mempunyai kelebihan dan belum sempurnanya, oleh lantaran itu tidakbolehlah menghina orang lain. Maka barang siapa tawadhu' terhadap sesame insan pasti akan disenangi, disegani, dihormati orang dalam bergaul. Allah melarang insan bersifat sombong, sebagaimana firmannya :
Ÿw tPty_ žcr& ©!$# ÞOn=÷ètƒ $tB šcrÅ¡ç $tBur šcqãYÎ=÷èム4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÎŽÉ9õ3tGó¡ßJø9$# ÇËÌÈ  
Artinya :
"Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong". (QS. An Nahal :23)[28]

                        Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya :
"Tiga hal yang menghancurkan ialah : mengikuti nafsu kikir, mengikuti hawa nafsu dan ujub merasa diri andal insan terhadap dirinya". (HR.Bazar dan Baihaqi) [29]

f. Ta'awun.
   "Ta'awun ialah bertolong-tolongan di dalam kebaikan, bukan tolong menolong dalam kemungkaran".[30]

                        Bertolong-tolongan yakni cirri kehalusan budi, kesucian jiwa, ketinggian etika dan membuahkan cinta antara kawan, penuh solidaritas dan penguat perteman dekatan serta persaudaraan.
                        Perlu kita ketahui bahwa insan yakni ialah monodualis yang terdiri dari jasmani dan rohani, sebagai mahluk individual dan mahluk social. Karena itu insan tidak akan terlepas dari insan yang lain. Manusia tidak akan sanggup hidup sendiri tanpa bekerjasama , menolongan ataupun pinjaman orang lain. Bagaimana pun hebatnya insan itu pada suatu saat pasti membutuhkan pinjaman orang lain baik itu sifatnya materi maupun non materi.
            Menyadari akan hal tersebut, maka sudah selayaknyalah apabila kita mendapatkan dan mengaktualisasikan konsep yang sudah diajarkan islam, yaitu konsep tolong menolong (Ta'awun), Seperti firman Allah :
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ   
Artinya :
"Dan tolong menolonglah engkau dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan tidakboleh tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah engkau kepada Allah , Sesungguhnya Allah amat berat siksaNya". (QS. AL Maidah : 2)[31]
                        Orang yang senang mempersembahkan pertolongan, segala langkahnya akan gampang, pintu kebahagiaan akan terbuka baginya dan biasanya orang lainpun akan senang pula mempersembahkan pinjaman kepadanya.
                        Bertolong-tolongan hendaklah dalam batas mengerjakan yang baik, mencari kebajikan dan tidakboleh memdiberi pinjaman kepada perbuatan dosa. Memdiberikan pinjaman tidakbolehlah lantaran suatu pengharapan, tetapi lapang dada lantaran Allah semata dan mencari ridhoNya.

g. Adil
                        Yang dimaksud adil berdasarkan Dr. Ahmad Muhammad Al Hufy ialah :
"Memdiberikan hak kepada yang berhak dengan tidak membeda-bedakan antara orang –orang yang berhak itu, yangbertindak terhadap orang yang bersalah sesuai dengan kejahatan dan kelalaianya tanpa mempersukar atau pilih kasih".[32]
                       
                        Sedangkan As'ad Yasin menandakan bahwa adil ialah :
"Berlaku tengah-tengah (tidak berlebih-lebihan dan mengurang-ngurangi) di dalam tiruana perkara, sesuai dengan tuntutan syari'at". [33]

                        Ayat-ayat Al-quran yang memerintahkan wacana keadilan banyak sekali, diantaranya firman Allah :
إن الله يأمركم أنتؤدواالأمانات إلى أهلها وإذاحكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان سميعا بصيرا (النساء : 59)

Artinya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau memberikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh engkau apabila memutuskan hokum diantara insan supaya memutuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mempersembahkan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada engkau, sesungguhnya Allah yakni maha mendengar lagi maha melihat".(QS. An Nisa' 58) [34]
                       
                        Memperhatikan ayat tersebut, maka sanggup dipahami bahwa berlaku adil yakni wajib, baik untuk dirisendiri ataupun orang lain. Adalah ialah pintu gerbang bagi orang yang akan masuk belum sempurnanya taqwa ialah adil. Apabila didalam kemudian lintas pergaulan hidup ini, masing-masing subjek berbuat sesuai dengan wewenang dan fungsinya, maka dapatlah diharapkan terwujudnya ketentraman didalam masyarakat.
                        Adil itu yakni pondasi kekuasaan. Sejarah memberikan bahwa yang menimbulkan punah dan hancurnya bangsa-bangsa dimasa silam yakni lantaran mereka tidak menegakkan neraca keadilan.

0 komentar

Posting Komentar