Selasa, 12 Februari 2019

Tanggung Jawab Ulama’ Sebagai Pendidik

1.      Tanggung tanggapan Ulama’ sebagai Pendidik
melaluiataubersamaini memahami ciri-ciri atau sifat dan kepribadian ulama sebagaimana yang diuraikan di atas, maka sanggup dijadikan sebagai patokan untuk untuk mengevaluasi  seorang ulama’ apakah dirinya termasuk kriteria sebagai ulama’ yang baik sehingga sanggup direalisasikan dalam kiprah dan tanggung jawabannya.

Di samping itu pula adanya kreteria-kreteria tersebut, sanggup dijadikan dasar penetapan dalam kerangka kehidupan dikala ini bahwa yang dimaksud dengan ulam’ itu ialah mereka yang mempunyai tanggung tanggapan dan perilaku serta adab dalam menegakkan dan memperjuangkan kepentingan agama Islam.
Maka dari itu sangat luas sekali tanggung tanggapan sebagai ulama’ yang berkenaan dengan tugas-tugas dirinya sebagai hamba Allah yaitu melaksanakan kewajiban agama semata-mata menyembah allah SWT. menyerupai mengerjakan shalat, mengerjakan puasa wajib dan sunah, membayar zakat, dan naik haji setelah mampu.
Sedangkan untuk mengetahui tanggung tanggapan ulama’ dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai citra untuk selalu difikirkan dan dikembangkannya sebagaimana dikatakan oleh Orikoshi (1987;114 ) bahwa :  
Peran keluarga ulama’ dimasa kemudian serta ikhtiyar yang dilakukan oleh leluhur mereka (ulama’) ialah pinjaman kepada islam. Dan dari pandangan menyerupai ini ulama’ sekaligus memandang dirinya seperti sebagai belahan dari usaha islamisasi yang terus berlangsung. 

Suatu pola pada pertama usaha bangsa keterlibatan ulama’ dengan gerakan-gerakan politik Islam, juga ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, serta tidak kalah pentingnya melindungi masyarakat dari bahaya dan rongrongan sistem kehidupan yang tidak Islami. Pada prinsipnya ialah dalam rangka mencapai tujuan sistem nilai agama Islam dalam menata kehidupan.
Istilah usaha ialah predikat yang disandang ulama’ dalam menegakkan aliran agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun usaha dan tanggung tanggapan ulama’ terhadap usaha–usaha mempertahankan keulama’annya yaitu melibatkan diri pada aktifitas-aktifitas yang ada di masyarakat, aktifitas ini ialah tanggung tanggapan ulama’ yang sekunder.
Sedangkan tanggung tanggapan ulama’ yang paling penting yaitu kiprah ulama’ untuk mempertahankan keyakinan beragama dalam dirinya sendiri dan tiruana anggota masyarakatnya melalui pengajaran ilmu-ilmu agama ataupun juga dilakukan dalam bentuk-bentuk praktisi secara langsung.
Secara terang tanggung tanggapan ulama’ dalam kehidupan di masyarakat kiprah yang dimainkan atau kiprah yang diemban ialah sebagai diberikut :
  1. Pemangku Masjid dan Madrasah
Suatu yang umum untuk melengkapi kiprah yang dilakukan seorang ulama’ dalam mengabdi terhadap kebutuhan masyarakat yaitu mendirikan masjid, dan madrasah ataupun adakalanya pesantren yang dipangkunya.
Masjid dan Madrasah ialah jantung acara umat islam, masjid dipakai sebagai tempat ibadah secara jama’ah bersama-sama, sedangkan madrasah-madrasah yang didirikan ulama’adalah untuk menggalang gerakan pendidikan dan berguru ilmu-ilmu agama  juga untuk memperoleh tes-tes  secara eksklusif dari ulama’   
Di samping memangku masjid dan madrasah biasanya seorang ulama’ mempunyai suatu perkumpulan penpenghasilanan, disinilah juga ialah masukana untuk menimba ilmu agama islam. Sebab dalam penpenghasilanan ini di sempatkan ulama’ mengingatkan kembali ihwal kehidupan dengan firman-firman Allah, dan juga silaturrahmi secara khusus dengan kiai yang dikaguminya.
melaluiataubersamaini demikian sanggup dipertegas bahwa jikalau seorang ulama’ menginginkan  perkembangan pengaruh, niscaya terlebih lampau membangun masjid sebagai masukananya, sebagaimana dikemukakan oleh  Dlafir  (1982:49) yaitu : “ seorang kiai atau ulama’ yang ingin menyebarkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama mendirikan masjid di akrab rumahnya.
Tanggung tanggapan yang kedua ialah menjadi pengajar dan pendidik masyarakat, kiprah ini tidak sanggup dilepas dari kiprah diatas, alasannya ialah adanya madrasah yang dikembangkan menuntut seorang ulama’ untuk terjun secara eksklusif membina santri dan masyarakat yaitu mengajar pengetahuan keagamaan juga mendidik secara eksklusif terhadap masyarakat pada hal-hal mudah dalam bidang keagamaan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Adakalanya dari sebagian mayarakat disekelilingnya dan masyarakat diluar kawasan untuk menetap dengan kata lain nyantri, yaitu tinggal dalam beberapa waktu untuk mempelajari ilmu agama.
Adapun alasan seorang santri pergi menetap pada seorang ulama’ ialah :
a.       Ingin mempelajari ilmu agama islam yang dibahas dalam kitab-kitabsecara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai atau ulama’ yang memimpin pesantren (lembaga pendidikan) .
b.      Ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren dalam bidang pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dengan pesantren terkenal.
c.       Ingin memusatkan studynya di pesantren tanpa terganggu dengan kesibukan-kesibukan di rumah tangganya.
Baca juga :
  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Orang Tua - New !!
  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
  3. Faktor-faktor yang mensugesti penemuan pendidikan
  4. Fungsi dan Bentuk Motivasi di Sekolah
  5. Hal-hal yang makruh dalam berpuasa
Alasan tersebut masuk nalar dan rasional sehingga dihadapan ulama’ merasa betul betul ingin meraih ilmu sebanyak-banyaknya.  Yang pada kesudahannya seorang ulama’ menghususkan tugas-tugaas hidupnya sebagai pengajar dan pendidik santri atau masyarakat.
Tentunya masih banyak tanggung tanggapan ulama’ sebagai pendidik disamping kedua yang diuraikan diatas, alasannya ialah kedua kiprah baik sebagai pemangku masjid dan madrasah serta mendidik dan mengajar ialah inti tanggung  tanggapan seorang ulama’. Sedangkan tanggung tanggapan yang lain, ulama’ harus bisa menyerap penemuan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat yang selanjutnya di musyawarahkan bersama dalam menghadapi masalah-masalah sosial. Sehingga kehadiran ulama’ di tengah-tengah masyarakat betul-betul sanggup diterima oleh masyarakat, khususnya untuk mempersembahkan siraman kebutuhan spritual masyarakat

0 komentar

Posting Komentar