Kamis, 21 Februari 2019

Sikap Al-Ghazali Terhadap Filosuf-Filosuf Dan Filsafat


.      SIKAP AL-GHAZALI TERHADAP FILOSUF-FILOSUF DAN FILSAFAT


Al-Ghazali ialah orang yang pertama-tama mendalami filsafat dan sanggup mengKoreksinya pula. Hasil peninjauannya terhadap filsafat di bukukannya dalam bukunya “Maqasid al-Falasifah” dan “Tahafut al-Falasifah”.
Dalam buku “Maqasid al-Falasifah” terdapat 3 problem filsafat, yaitu logika, Ketuhanan (metafisika) dan fisika yang diuraikannya dengan sejujur-jujurnya, seakan-akan ia seorang filosuf yang menulismperihal kefilsafatan, setelah itu ia menulis buku diberikutnya, yaitu “Tahafut al-Falasifah”, dimana ia bertindak bukan sebagai seorang filosuf melainkan sebagai seorang tokoh Islam yang hendak mengKoreksi filsafat dan mengatakan kelemahan-kelemahan serta kejanggalan-kejanggalannya, yaitu dalam hal-hal yang berlawanan dengan agama.
Menurut Al-Ghazali, lapangan filsafat ada 6 yaitu : (1).Matematika (2).Logika (3).Fisika (4).Metafisika (ketuhanan) (5).Politik dan (6).Etika. Hubungan lapangan-lapangan tersebut tidak sama, ada yang tidak berlawanan sama sekali dengan agama, dan ada pula yang berlawanan dengan agama, sebagaimana yang trerlihat dalam uraian diberikut ini :
Menurut Al-Ghazali, agama tidak melarang ataupun memerintahkan ilmu ilmu matematika, lantaran ilmu ini ialah hasil pembuktian fikiran orang yang tidak sanggup diingkari, setelah difahami dan dimengerti.
Lapangan logika berdasarkan Al-Ghazali, juga tidak ada sangkut pautnya dengan agama, atau dengan kata lain agama tidak memerintahkan atau melarang logika. Logika meliputi penyelidikan wacana dalil-dalil pembuktian, qias-qias (Sylogisme), syarat-syarat pembuktian (burhan), definisi-definisi dan debagainya. Semua problem ini tidak perlu diingkari, lantaran masih sejenis dengan yang digunakan oleh ulama-alama theologi Islam meskipun kadang kala tidak sama istilah dan kata-katanya. Bahaya yang ditimbulkan oleh logika dari filosuf-filosuf, ialah lantaran syarat-syarat pembuktian sanggup mengakibatkan keyakinan, maka syarat-syarat pembuktian tersebut juga menjadi penlampauan dalam soal-aoal ketuhanan (metafisika), saedang bahu-membahu tidak demikian. 
Ilmu fisika, berdasarkan Al-Ghazali, membicarakan wacana plguat-plnet, unsure-unsur (benda) tunggal, menyerupai air, hawa, tanah dan api : lalu benda-benda tersusun menyerupai hewan, tumbuh-tumbuhan, logam, sebab-sebab perubahan dan pelarutannya.
Lapangan Ketuhanan (metafisika),menurut Al-Ghazali, aneka macam meliputi kesalahan filosuf-filosuf. Mereka tidak sanggup mengadakan ketelitian dalam lapangan ketuhanan, sepertiyang yang sudah diadakan oleh mereka dalam lapangan logika, dan oleh lantaran itu perbedaan pendapat mereka dalam lapangan tersebut banyak sekali. Di antara tokoh Yunani yang mendekati filosuf-filosuf Islam, menyerupai yang dinukilkan oleh Al-Farabi dan Ibnu Sina, ialah Aristoteles. Kesalahan-kesalahan mereka dalam lapangan tersebut ada 20 soal, dan 17 soal diantaranya mereka harus ditetapkan sebagai orang-orang bidat, sedang dalam 3 soal selebihnya, mereka ditetapkan sebagai atheis (kafir), lantaran fikiran-fikiran dalam 3 soal tersebut berlawanan sama sekali dengan pendirian tiruana kaum muslimin
Dalam lapangan politik, berdasarkan Al-Ghazali, tiruana kata-kata para filosuf berkisar pada satu soal saja, yaitu pesan tersirat budi yang bertalian dengan soal-soal dan kekuasaan duniawi.
Dalam segi moral / etika (etika), perkataan mereka berkisar pada sifat jiwa, macam-macamnya dan cara menghadapinya.

0 komentar

Posting Komentar