Senin, 11 Februari 2019

Peran Ulama’ Sebagai Pendidik Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama


B.     Peran Ulama’ Sebagai Pendidik dalam Meningkatkan kesadaran Beragama

1.      Sebagai Pemandu dalam Mempelajari Pengetahuan Keagamaan
Ulama’ ialah pembina atau pengembala umat, apakah karenanya suatu kelompok masyarakat tidak ada pengendalinya, tidak ada manusia-manusia yang berfungsi dan berkedudukan sebagai pembimbing dan pemdiberi peringatan, memang ulama’ harus terjun dalam tiruana aspek kehidupan. Yaitu menjadi problem ialah apakah ulama’ bisa dan berfungsi di tengah-tengah kebutaan masyarakat   terhadap ilmu-ilmu agama.

Di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 110 Allah berfirman yang berbunyi sebagai diberikut :
كنتم خير امّةِ اخرجت للنا س تأ مرون بالمعروف وتنهون عن المنكر
 وتؤ منون باالله ولو أمن اهل الكتب لكان خيرًا لهم منهم المؤ منون
 واكثرهم الفسقو ن ( ال عمران 110)
Artinya : Adakah engkau sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi insan (supaya) engkau menyuruh kepada yang ma’ru, dan melarang dari yang munkar serta diberiman kepada Allah. Kalau diberimanlah mahir kitab, pasti akan lebih bagi mereka, tetapi sesudah  mereka diberiman  dan kebanyakan mereka fasik        

               Tugas di atas terperinci yang harus dilakukan oleh ulama’ yaitu :
a.       Mendorong semoga umat insan mau bermar ma’ruf nahi munkar yaitu berbuat kebajikan terhadap terhadap isis alam ini, baik hubungannya dengan khaliq ataupun bekerjasama dengan makhluq yang lain serta hubungannya dengan alam.
b.       Mencegah terhadap setiap sikap yang mengarah kepada kemungkaran, lantaran mencegah pada sesuatu dari suatu pekerjaan barangkali memungkinkan lebih simpel dibandingkan dengan mengobati dan menyembuhkan terhadap orang-orang yang sering melaksanakan suatu perbuatan yang munkar.
Umat insan tidak akan mungkin hingga pada pemahaman pengetahuan keagamaan khususnya yang berkaitan akrab dengan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan tidak adanya bimbingan dan pengarahan secara sempurna dan langsung.
Di samping itu masyarakat tidakboleh segan-segan untuk bertanya apa saja yang diharapkan kepada ahli-ahli agama islam, semoga tidak buta terhadap pengetahuan keagamaan sebagai pedoman hidup dalam mengarungi kehidupan.
Sebab dengan pengetahuan keagamaan yang memadai seseorang akan damai dalam menghadapi segala permasalahan, susah diombang–ambingkan keadaan di sekelilingnya. Suatu keyakinan bahwa bila agama sebagai pedoman hidup sudah terpatri semenjak kecil, maka setiap prilaku, pandangan hidupnya, akan selalu didasarkan atas ajaran-ajaran agama.
Agama ialah sumber paling luhur bagi manusia, dengan agama inilah umat insan akan dikokohkan ketinggian martabatnya dalam rangka memenuhi fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Adapun pengetahuan agama yang di kembangkan dan di pelajari oleh setiap insan yang diberiman dibawah bimbingan ahli-ahli agama sebagaimana yang diungkap oleh Nazaruddien Razak (1989;35) ialah : “ Akhlaq, kemudian dihidupkannya tauchid, dan ibadah kepada Tuhan. 
Ketiga materi itulah yang harus dipelajari setiap insan muslim sejati sebagai satu kesatuan pengetahuan keagamaan untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun aktifitaas-aktifitas untuk mempelajari pengetahuan keagamaan sanggup melalui penpenghasilanan-[enpenghasilanan dalam perkumpulan/majlis ta’lim dalam suatu wilayah, ataupun media-media lain yang memungkinkan dipakai sebagai alat belajar.

2.      Sebagai Pembimbing untuk Memantapkan Keyakinan Beragama
Suyuthi (192:21) menyampaikan bahwa : “ agama Islam ialah sebagai agama ilmu, sehingga untuk menjadi seorang muslim mestinya ialah orang-orang yang diberilmu, lantaran yang benar-benar takut kepada Allah yaitu orang-orang yang diberilmu (ulama’).
Dari pendapat di atas sanggup diambil suatu pemahaman yang lebih luas bahwa hubungannya dengan peranan ulama’ ialah memdiberi pengetahuan, bimbingan dan jalan keluar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga dengan pengetahuan tersebut sanggup menjadi materi untuk memantapkan keyakinan beragama.
Makara belajar-ilmu-ilmu agama itu pada hakikatnya ialah untuk mempertajam dan memantapkan fatwa agama islam khususnya keyakinan beragama. (Tauhid). Keyakinan beragama atau kepercayaan ialah fondasi seseorang yang harus dibangun terlebih lampau, lantaran tidak adanya fondasi yang berpengaruh dan kokoh ialah sanggup memilih keberhasilan dalam menanamkan dan memantapkan keyakinan beragama.
Menelaah pejuangan rasulullah SAW. Ketika gres mendapatkan wahyu Allah untuk diajarkan kepada umat islam pada waktu itu ialah pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid yang diajarkan Nabi, intisarinya sebagaimana yang terdapat pada pokok-pokok pikiran  surat Al-Fatihah sebagaimana ditulis oleh Zuhairi (180 ; 23) yang isinya sebagai diberikut :
a.       Allah ialah pencipta alam semesta yang sebetulnya Dialah satu-satunya penguasa dimuka bumi ini.
b.      Allah sudah mempersembahkan nikmat dan segala keperluan makhluknya
c.       Allah ialah raja di kemuadian hari
d.      Allah ialah sembahan yang sebetulnya dan satu-satunya
e.       Allah ialah penolong yang sebenarnya
f.       Allah ialah yang sebetulnya mempersembahkan bimbingan  petunjuk kepada insan dalam mengarungi kehidupan dunia

Materi tauhid diatas itu masih relevan sekali untuk diterapkan kepada setiap insan muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT. Melalui ulama’ulama’ pewaris Nabi terhadap ilmu-ilmu yang dimilikinya.
Bimbingan dan pengarahan yang didiberikan ulama’ ini sanggup berupa teladan –contoh ibadah yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik ibadah yang bersifat khusus penyembahan insan kepada Allah SWT. Juga ibadah dalam arti secara umum sebagai bentuk realisasi insan bertaqwa kepada Allah.
Syabiq (1982 ; 23 ) mempersembahkan keterangan yang simpel bahwa upaya memantapkan keyakinan beragama itu yang berpengaruh supaya : “ ….mengarahkan pandangan mereka (manusia) kearah kerajaan langit dan bumi, menggerakkan nalar pikiran mereka supaya mengenang serta memikirkan tanda kekuasaan Tuhan.
Memang untuk sapai pada puncak kesadaran atau berkeyakinan agama yang tinggi itu susah, seorang harus mau melatih diri  dengan alasan-alasan ibadah secara rutin dan terus menerus, dan aneka macam hambatan-hambatan untuk menuju pada kebemasukan Ilahi. Sebab dalam diri insan terdapat hawa nafsu, bila ini tidak sanggup dikendalikan maka akan hancur kehidupan insan itu.

Baca Juga : 

  • Pengertian Pondok Pesantren
    1. Pengertian Prestasi Belajar
    2. Pengertian Supervisi Pendidikan - New !!
    3. Pengertian Tentang Buruh Tani
    4. Pengertian Teori Fungsional Struktural

    Oleh lantaran itu tidak ada salahnya bila insan selalu memohon untuk didiberi petunjuk dan jalan yang lurus agara selamat dalam menjalankan roda kehidupan ini. Allah berfirman semoga umatnya selalu memohon petunjuk demi keselamatan dirinya (manusia )yaitu pada surat Al-Fatihah ayat 5 berbunyi sebagai diberikut :
    اهد نا الصراط المستقيم ( الفا تحه 5) 
    Artinya : “ Tunjukilah (hati) kami ke jalan yang lurus”   
    Jalan lurus tersebut ialah jalan agama yaitu jalan yang diridlai oleh Allah swt. Agar sanggup mencapai kebahagian hidup, di dunia dan di akhirat.

    0 komentar

    Posting Komentar