Rabu, 13 Februari 2019

Pengertian Motivasi


1.      Pengertian Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam berguru bila pada dirinya sendiri ada impian untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk berguru itu disebut dengan motivasi.
Para jago psikologi mempersembahkan definisi yang tidak sama-beda wacana motivasi. Perbedaan ini disebabkan oleh sudut pandang mereka yang tidak sama. Akan tetapi yang diinginkan yakni sama.
Richard C. Anderson dan F. Gerald (1973: 437) mendefinisikan motivasi sebagai :
The invigoration of behavior caused when an organism is the exposed to an arousing stimulus or is deprived of reinforcer.

Kaprikornus Anderson dan Gerald memandang motivasi sebagai penguat tingkah laris yang menyebabkan organisme tergerak dari pembangkitan stimulus atau bahkan menghilangkan penguatan.
Linsley (Lester D. Crow, 1958: 55) mendefinisikan motivasi secara umum sebagai: "The combination of forces which initiate direct and sustainb behavior toward a goal" (gabungan dari kekuatan-kekuatan di mana memprakarsai, mengatakan dan menyokong tingkah laris ke arah tujuan).
Penekanan motivasi kepada kekuatan inner dikemukakan oleh (Easwood Atwater 1983:23). Beliau beropini bahwa motivasi menunjuk pada pernyataan inner (dalam pikiran) yang menyebabkan atau menggerakkan kita untuk bertindak. Motivasi ialah kondisioner yang memdiberi kekuatan dan menggerakkan kepada tujuan.
S. W. Utami dan L. Fauzan (1987) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motivasi mengandung pengertian suatu kondisi psikologis yang mempunyai kekuatan yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu aktifitas guna mencapai tujuan.
Sesungguhnya motivasi tidak sama pengertiannya dengan motive. Sebab motivasi yakni motif yang sudah menjadi aktif. Motif yakni daya pencetus di dalam diri seseorang untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Motif ialah kondisi intern atau disposisi internal.[1]
Crow and Crow (Wayan Ardhana, penterjemah, 1985: 167) beropini bahwa satu motif yakni suatu kecenderungan yang mencakup suatu derajad kesadaran terhadap tujuan. Ia sanggup dipandang sebagai menandai suatu kondisi-kondisi atau kekuatan-kekuatan internal yang cenderung mendorong individu menuju dicapainya tujuan-tujuan tertentu.
Lain halnya dengan MC. Donald (Sardiman, 1986: 74) yang memandang motovasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa feeling dan dilampaui dengan jawaban terhadap adanya tujuan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting sebagai diberikut:
a.       Bahwa motivasi itu mengpertamai terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu menusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme insan (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut acara fisik manusia.
b.      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan perkara kejiwaan, afeksi dan emosi yang sanggup memilih tingkah laris manusia.
c.       Motivasi akan dirangsang lantaran adanya suatu tujuan. Kaprikornus motivasi dalam hal ini bersama-sama ialah respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya lantaran terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.
Kebutuhan manusia, intinya yakni sama. (Morgan Nasution, 1982: 77), mempersembahkan empat dasar kebutuhan manusia, yaitu:
a.       Kebutuhan untuk berbuat sesuatu demi acara itu sendiri.
b.      Kebutuhan untuk sangat senang hati orang lain.
c.       Kebutuhan untuk mencapai hasil.
d.      Kebutuhan untuk mengatasi kesusahan.
Sarjana lainnya, Cronbach (Singgih Dirgagunarsa, 1978: 96), mengemukakan macam-macam kebutuhan sebagai diberikut:
a.       Kebutuhan akan afeksi, di mana seseorang ingin memperoleh respon atau perlakuan hangat dari orang lain, contohnya dari guru, orang tua, atasan dan lain-lain.
b.      Kebutuhan untuk diterima di lingkungan kawan-kawan yang sebaya, atau dalam kelompoknya sehingga beliau tidak merasa disisihkan atau terkucil dari lingkungannya.
c.       Kebutuhan untuk diterima oleh tokoh-tokoh otoriter, dalam arti dimengerti pendapat-pendapatnya, kemampuan-kemampuannya, maupun prestasi-prestasinya.
d.      Kebutuhan akan rasa bebas dan tidak terkekang dalam tingkah laku, sejauh tidak berperihalan dengan norma-norma yang berlaku.
e.       Kebutuhan akan harga diri, yang sangat diharapkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
Sedangkan hirarki kebutuhan manusia, dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam bukunya Motivation and Personallity diterjemahkan oleh Nurul Imam (1984) sebagai diberikut:
a.       Phisiological needs (kebutuhan-kebutuhan Psikologis) yakni kebutuhan dasar manusia, yang umumnya digambarkan oleh jago psikologi sebagai rasa lapar. Bila rasa lapar ini tidak terpenuhi, maka kebutuhan lain mungkin tidak ada sama sekali atau terdesak ke belakang.
b.      Safety needs (kebutuhan akan keselamatan). Kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan abadiutan, keutuhan akan struktur, keterlibatan, hukum, batas-batas, kekuatan pada diri pelindung dan sebagainya) akan muncul bila kebutuhan biologis relatif terpenuhi.
c.       Belongingness needs (kebutuhan akan rasa mempunyai dan rasa cinta). Apabila kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan rasa cinta, rasa kasih akung dan rasa memiliki. Kebutuhan ini mencakup kata hubungan yang penuh rasa dengan keluarga, istri, kekasih, anak-anak, kelompok, kawan-kawan dan masyarakat.
d.      Esteem needs (kebutuhan harga diri)
Kebutuhan ini diklarifikasikan menjadi dua perangkat, yakni: pertama, impian akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia dan kemedekaan beserta kebebasan.
e.       Self actualisation (kebutuhan akan perwujudan diri)
INI kebutuhan tertinggi dari manusia, yaitu kebutuhan untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya. Bentuk kebutuhan ini tidak sama-beda bagi masing-masing individu. Misalnya impian menjadi ibu ideal, pelukis, atlit, dan sebagainya.

0 komentar

Posting Komentar