Pengertian dan Hakikat Inovasi Pendidikan
Perubahan dan penemuan keduanya sama dalam hal mempunyai unsur yang baru atau lain dari sebelumnya. Tetapi penemuan tidak sama dari perubahan, sebab dalam penemuan dalam unsur kesengajaan. Pembaharuan contohnya dalam hal pembaharuan budi pendidikan mengandung unsur kesenngajaan dan pada umumnya istilah pembaharuan sanggup disamakan dengan penemuan (Suryo Subroto, 1990 : 127).
Secara etimologi penemuan berasal dari kata latin innovaation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan gres yang menuju ke arah perbaikan dan berencana (tidak secara kebetulan saja) (Idris, Lisma Jamal 1992 : 70).
Di dalam engkaus besar Bahasa Indonesia, Inovasi di artikan pemasukan satu pengenalan hal-hal yang baru; penemuan gres yang tidak sama dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan, metode atau alat) (tim penyusun engkaus sentra training dan pengembangan bahasa, 1989:333).
|
Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang gres itu, mungkin sudah usang dikenal pada konteks sosial atau sesuatu itu sudah usang dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. melaluiataubersamaini demikian, sanggup disimpulkan bahwa penemuan yakni perubahan, tetapi tidak tiruana perubahan ialah penemuan (Idris, Lisma Jamal, 1992 : 71).
Selain tersebut diatas ada satu lagi definisi wacana penemuan Pendidikan ialah suatu perubahan yang gres dan kualitatif tidak sama dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan (Suryobroto, 1990 : 127).
Dimaksudkan “baru” dalam pengertian tersebut yakni apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si peserta inovasi, meskipun mungkin bukan ialah hal yang gres lagi bagi orang lain.
Sedangkan “Kualitatif” berarti bahwa penemuan itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dari pada unsur-unsur dalam pendidikan, jadi bukan semata-mata penjumlahan atau penambahan dari unsur-unsur komponen yang ada sebelumnya. Inovasi yakni lebih dari keseluruhan jumlah unsur-unsur komponen. Tindakan menambah anggaran belanja supaya sanggup mengadakan lebih banyak anakdidik, guru kelas, buku dan sebagainya meskipun perlu dan penting bukan ialah tindakan inovasi. Tetapi tindakan mengatur kembali jenis dan pengelompokan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara memberikan pelajaran, sehingga dengan tenaga, alat uang dan waktu yang sama sanggup dijangkau jumlah samasukan anakdidik yang lebih banyak, dan dicapai kualitas yang lebih tinggi, itulah tindakan inovasi.
Dikarenakan besar dan kompleksnya persoalan pendidikan kita sekarang, apabila pada masa menhadir, sementara itu mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, maka tindakan penemuan atau pembaharuan sangatlah diperlukan. Kendatipun demikian hal yang perlu diperhatikan yakni bahwa sesuatu yang gres belum tentu baik, maksudnya belum tentu inovatif.
“Hal” yang dimaksudkan dalam definisi tadi yakni aneka macam mencakup tiruana komponen dan aspek dalam sub-sistem pendidikan. Yang diinovasi pada hakekatnya ialah wangsit atau rangkaian ide. Sementara inovasi, karena sifatnya tetap bercorak “mental” sedang yang lain sanggup memperoleh bentuknya yang “nyata” termasuk hal yang diinovasikan ialah buah pikiran; metode dan metode bekerja, mengatur, mendidik : perbuatan, peraturan norma; barang / alat.
Unsur “kesengajaan” ialah perkembangan gres dalam pemikiran para pendidik cukup umur ini. Pembatasan arti secara fungsional ini lebih banyak mengutarakan cita-cita kalangan pendidikan semoga kita kembali pada “ajar” (learning) dan “pengajaran” (theacing) dan menghindarkan diri dari pembaharuan perkakas (gad getering). Sebaliknya perlu sekali ditingkatkan teknologi sosial (social technology), secara sengaja dan berencana membuat kombinasi dari pada masukana-masukana yang paling ampuh (effective) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sering dipergunakan kata-kata dan dikembangkannya konsepsi-konsepsi pembaharuan pendidikan, dan budi serta taktik untuk melaksanakannya, membuktikannya adanya anggapan yang kuat, bahwa pembaharuan dan penyempurnaan pendidikan harus dilakukan secara sengaja dan berencana, dan tidak sanggup dipasrahkan berdasarkan cara-cara kebetulan, atau sekedar berdasarkan hobby perorangan belaka.
0 komentar
Posting Komentar