Minggu, 24 Februari 2019

Pengertian, Tujuan Tes Formatif Dan Sumatif Dalam Pengajaran


Tinjauan Tentang Test Formatif Dan Sumatif.

1. Pengertian, Tujuan Test Formatif Dan Sumatif Dalam Pengajaran.
a. Pengertian Test Formatif  dan sumatif
Masalah penilaian dlaam pengakjaran bersama-sama sudah usang dikenal oleh manusia. Hal ini disebabkan lantaran insan ingin mengetahui perkembangan proses mencar ilmu mengajar dan ingin membuat suatu batasan tertentu.
Penilaian ialah pecahan terpenting dalam proses mencar ilmu mengajar, lantaran dengan diadakannya penilaian dapatlah diketahui tingkat keberhasilan duatu program, sekaligus juga sanggup diukur hasil-hasil yang sudah dicapai oleh suatu program, menyerupai halnya penilaian yang didiakan setiap jenjang pendidikan contohnya penilaian formatif, sumatif maupun penilaian mencar ilmu tahap akhir.
Penilaian berdasarkan Nasrun Harahap yakni penilaian tentang perkembangan dan kemajuan anakdidik yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[1]
Sedangkan yang diamksud dengan penilaian formatif  menurut Drs. Nana Sudjana dkk. Adalah:
Test formatif yakni test yang dilaksanakan pada ketika berlangsungnya proses pengajaran, khususnya pada ketika berakhirnya pengajaran.2
Test formatif ini merumuskan:
Test formatif yakni test yang didiberikan kepada anakdidik setelah penyajian satu satuan pelajaran berakhir.3
Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian sumatif berdasarkan Drs. Nana Sudjana dkk. adalah:
Test sumatif yakni test yang dilaksanakan pada ketika satu satuan pengalaman mencar ilmu sudah selesai.4
Menurut Dr. Suharsimi Arikunto test sumatif adalah:
Test sumatif yakni test yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemdiberian sekelompok acara yang lebih besar.5
Kaprikornus dengan uraian tersebut diatas dapatlah kita tarik suatu pemahaman bahwa test formatif ini lebih diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan hingga dimanakah guru sudah berhasil memberikan materi pelajaran kepada anakdidiknya. Hasil penilaian oleh guru tersebut digunakan untuk memperbaiki proses mencar ilmu mengajar. Sedangkan test sumatif ini sifatnya lebih diarahkan pada pengukuran dan penilaian terhadap prestasi anakdidik, hingga dimanakah penguasaanya terhadap materi pengajaran yang dijarkan selama priode waktu tertentu.
b. Tujuan Test Formatif dan Sumatif
Test formatif dan sumatif  adalah ialah pecahan dari pada sekian banyak bentuk penilaian. Kaprikornus dengan demikian tujuan test formatif dan tujuan test sumatif yakni identik dengan tujuan penilaian pada umumnya. Mengingat test formatif dan sumatif yakni ialah kegiatan penilaian pada kegiatan proses mencar ilmu mengajar yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Pada prinsipnya kegiatan penilaian yang dimaksudkan untuk mengetahui hasil mencar ilmu anakdidik selama mereka mengikuti acara pengajaran, yang didiberikan dan untuk memperbaiki hasil mencar ilmu serta perbaikan kegiatan proses mencar ilmu mengajar.
Oleh lantaran itu kegiatan penilai itu mempunyai tujuan sebagai diberikut:
-          Untuk mempersembahkan dorongan utau motivasi mencar ilmu pada anakdidik.
-          Untuk mempersembahkan dorongan utau motivasi mencar ilmu dengan cara lain.
-          Dipergunakan sebagai kebutuhan bimbingan dengan penyuluhan.
-          Sebagai materi unutk memperbaiki pengajaran.6
Kaprikornus jelasnya bahwa tujuan dari kegiatan penilaian yakni untuk mengetahui kegiatan dan kelemahan anakdidik dalam mempelajari suatu pelajaran dalam rangka mengatasi ksusahan-kesusahan yang dihadapinya.
Dari data yang diperoleh juga dipergunakan sebagai data informasi untuk kegiatan proses mencar ilmu mengajar apakah cukup baik atau masih perlu perbaikan .Apabila masih perlu perbaikan, dari segi apa yang kurang baik
Harus ditelaah tiruananya , apakah lantaran pemakain metode , alat perlengkapan  mengajar , gurukah yang kurang menguasai materi atau anakdidik yang malas mencar ilmu , atau mungkin materi yang di tuangkan dalam kurikulum terlalu tinggi sehingga tidak sanggup di jangkau oleh pikiran anak didik sehingga , tujuan yang diharapkan tidak tercapai.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka tujuan penilaian yakni untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan hasil mencar ilmu siswa setelah mengikuti acara pengajaran yang disajikan, serta mengumpulkan data dan informasi dalam rangka perjuangan kegiatan mencar ilmu mengajar untuk mencapai tujuan yang diputuskan dalam kurikulum.
1. Tujuan Penilaian formatif
adapun tujuan penilaian formatif atau test formatif adalah:
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan anakdidik tentang materi yang diajarkan dalam suatu acara satuan pelajaran, apakah sudah selesai dengan tujuan intruksional yang digariskan.7
2. Tujuan Penilaian Sumatif
Adapun tujuan penilaian sumatif atau test sumatif adalah:
Untuk menetukan angka kemajuan / hasil mencar ilmu masing-masing anakdidik antara lain unutk pemdiberian laporan kepada orang tua, penetuan kenaikan kelas dan penetuan lulus tidaknya anakdidik.8
Kaprikornus dengan uraian diatas sanggup kita simpulkan bahwa penelitian formatif yakni penilaian hasil mencar ilmu jangka pendek. Yaitu evluasi hasil mencar ilmu pada setiap berakhirnya satu astuan pelajaran yang hasilnya sanggup digunakan sebagai materi informasi perbaikan proses mencar ilmu mengajar  atau untuk menyempurnakan acara satuan pelajaran tersebut, sedangkan evluasi sumatif yakni ialah penilaian hasil mencar ilmu jangka panjang, yaitu penilaian hasil mencar ilmu yang dilaksanakan yang dilaksanakan pada hasil catur wulan atau simpulan tahun pedoman dari keseluruhan progrm yang hasilnya yakni sebagai laporan kepada orang tua, pedoman kenaikan kelas dan pedoman lulus tidaknya anakdidik.
2. Test Formatif Dan Sumatif Sebagai Kerangka Evaluasi Pendidikan
Evaluasi ialah pecahan terpenting dalam proses mencar ilmu mengajar, alasannya yakni dengan diadakanya penilaian dapatlah diketahui dan ditentukan tingkat keberhasilan suatu program, sekaligus sanggup juga diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program.
Secara garis besarnya maka alat penilaian yang digunakan sanggup digolongkan menjadi dua macam, yaitu test dan bukan test (non test).9
a. Tehnik non test
yang tergolong pada metode non test adalah:
1.      Sekala bertingkat (rating scale)
2.      Kuesioner (questionsir)
3.      Daftar cocok (chek-list)
4.      Wawancara (interview)
5.      Pengamatan (observation)
6.      Riwayat hidup10
b. Tehnik test
Adapun penilaian atau penilaian yang tergolong metode test ini adalah:
1. Penilaian penempatan (placement test)
          Test penempatan ialah test yang bertujuan untuk melihat kemampuan yang sudah dimilikinya sudah ada pada siswa. Hasil test penempatan dijadikan dasar dalam mempersembahkan pelajaran, mempersembahkan bimbingan (batuan belajar), dan meramalkan kesanggupan anakdidik dalam penguasaan materi pelajaran.11
Adapun pelaksanaan test penempatan ini pada umumya dilaksanakan dalam bentuk protest, yaitu test pada anakdidik sebelum materi pelajaran didiberikan.
Melalui analisa atau kajian terhadap hasil pre-test ini dapatlah diketahui:
-          apakah siswa sudah mempunyai kemampuan /keterampilan yang diharapkan untuk mengikuti suatu acara belajar.
-          Sampai dimana siswa sudah mencapai tujuan pengajaran yang sudah di programkan dalam suatu pelajaran sebelum mereka mendapatkan pelajran baru.12
2. Penilaian Diagnostik
Test diagnostik digunakan untuk mengetahui kesusahan mencar ilmu yang dialami.13 lantaran kesusahan yang dihadapi siswa tidak sama, tersebar dalam banyak sekali bidang studi maka test diagnostik ini digunakan dalam banyak sekali bidang studi. Pelaksanaan test ini dilaksanakan atas dasar hasil test formatif.
Adapun soal-soal untuk test dignostik ini biasanya didasarkan atas kesusahan-kesusahan siswa dengan bentuk soal yang gampang.
Sedangkan pelaksanaan test diagnostik ini bisa bersifat individual atau bisa bersifat kelompok jikalau kesusahan itu dialami oleh tiruana anak.
Penggunaan test diagnostik  dalam kelas yakni penting dalam rangka mempersembahkan bimbingan dan menolongan kepada siswa yang mengalami kegagalan.
3. Penilaian Formatif
Test formatif yakni test yang dilaksanakan pada ketika berlangsungnya proses pengajaran khususnya pada ketika berakhirnya pengajaran.14 oleh lantaran itu test formatif biasanya didiberikan pada setiap simpulan unit pelajaran. Adapun tujuan didiberikannya test formatif ini yakni untuk mengontrol kemajuan mencar ilmu siswa selama proses mencar ilmu berlangsung dan untuk mempersembahkan umpan balik untuk penyempurnaan acara pengajaran..
Test formatif berkhasiat bagi guru dan anakdidik terutama untuk memperbaiki proses mencar ilmu mengajar. Adapun soal-soal test formatif mungkin gampang, mugnkin sedang atau mungkin sukar tergantung pada tugas-tugas belajar, atau tujuan yang ingin dicapainya dari suatu kegiatan kecil pengajaran yang dinilainya.
melaluiataubersamaini demikian test yang diadakan oleh guru pada setiap simpulan pelajaran bersama-sama bukan memutuskan lulus tidaknya, atau untuk membuat siswa grade dalam menentukan tingkat prestasinya, tetapi hendaknya dijadikan dasar untuk mengadakan perbaikan dalam proses mencar ilmu mengajar selanjutnya.
                  4. Penilaian Sumatif
Test sumatif dilaksanakan pada ketika satuan pengalaman mencar ilmu sudah selesai.15 dalam pengalaman disekolah, test formatif sanggup dilaksanakan dengan ulangan harian, sedangkan test sumatif ini disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap simpulan catur wulan atau semester.
Tujuan diadakannya test sumatif ini yakni untuk memutuskan siswa sudah menguasai sekumpulan tujuan pengajaran sehingga sanggup diputuskan tingkat hasil mencar ilmu siswa yang selanjutnya digunakan sebagai dasar angka raport atau angka nilai ujian pada STTB.
Sedangkan hasil ini sanggup juga dijadikan sebagai dasar proses mencar ilmu mengajar, namun untuk jangka waktu yang panjang (tahunan).
Adapun luas materi test sumatif ini tentunya lebih banyak, alasannya yakni menyangkut acara jangka panjang, biasanya bentuk soalnya yakni obyektif test.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah kita simpulkan bahwa macam-macam penilaian ada dua yaitu metode test dan metode non test. Sedangkan metode metode test terbagi menjadi empat yang anatara lain: test penempatan, test diagnostik, tests formatif, dan test sumatif. Sedangkan metode test terbagi menjadi enam yaitu skala betingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwyat hidup. Kaprikornus dengan demikian dapatlah kita ketahui bahwa test formatif maupun test sumatif yakni ialah kerangka dari penilaian pendidikan.
3. Fungsi Test Formatif dan Sumatif Dalam Pendidikan
Untuk mengetahui keberhasilan terhadap kegiatan proses mencar ilmu mengajar di suatu sekolah atau kelas, sangat diprlukan adanya kegiatan penilaian tentang hasil kegiatan proses mencar ilmu mengajar tersebut. Oleh lantaran itu penilaian memegang peranan dan fungsi penting dalam kegiatan proses mencar ilmu mengajar.
Nasrun Harahap dkk. merumuskan tentang fungsi penilaian sebagai diberikut:
-          untuk mempersembahkan umpan balik ( fied back ) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses mencar ilmu mengajar serta mengadakan perbaikan acara bagi anakdidik.
-          Untuk mempersembahkan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil mencar ilmu dari setiap anakdidik.
-          Untuk menempatkan anakdidik di dalam situasi mencar ilmu mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki oleh anakdidik.
-          Untuk mengenal latar belakang ( psikologis fisik dan lingkungan) anakdidik yang mengalami kesusahan-kesusahan belajar, nantinya sanggup digunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesusahan-kesusahan belajar.16
Test formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan mencar ilmu siswa selama proses mencar ilmu mengajar berlangsung dan untuk mempersembahkan balikan bagi penyempurnaan acara mencar ilmu mengajar, serta untuk mengetahui kelmahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil mencar ilmu mengajar menjadi lebih baik.
Adapun fungsi test formatif berdasarkan Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul ”Dasar-dasar penilaian pendidikan”, merumuskan penilaian formatif mempunyai manfaat:
a.       Manfaat bagi guru
melaluiataubersamaini sudah mengetahui hasil test formatif yang diadakan maka guru:
-          Mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan sudah sanggup diterima oleh sisiwa.
-          Mengetaahui bagian-bagian mana daari materi pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
-          Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh acara yang akan didiberikan.17
b. Manfaat bagi siswa
-          Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi acara secara menyeluruh.
-          Merupakan penguatan ( reinforcement ) bagi siswa.
-          Usaha perbaikan.
-          Sebagai diagnose.18
c. Manfaat bagi program
   Sesudah diadakan test formatif maka diperoleh hasil, dari hasil tersebut sanggup diketahui:
-          Apakah acara yang sudah didiberikan ialah acara yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
-          Apakah acara tersebut pengetahuan-pengehuan prasyarat yang belum diperhitungkan .
-          Apakah diharapkan alat, masukana dan pramasukana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
-          Apakah metode, pendekatan dan alat penilaian yang digunakan sudah tepat.19
Sedangkan fungsi test sumatif dalam proses mencar ilmu mengajar ada tiga fungsi terpenting antara lain:
-  Untuk menentukan nilai. Apabila test formatif terutama digunakan untuk  mempersembahkan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk perbaikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak diantara kawan-kawannya ( grading ), maka nilai dari test sumatif ini di gunakan untuk menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan bawah umur lain. Asumsi yang mendasari pandangan ini yakni bahwa prestasi mencar ilmu siswa-siswa dalam kelas akan tergambar dalam sebuah kurva normal…
-      Untuk menentukan seseorang sanggup atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menrima progrram diberikutnya…
-      Untuk mengisi catatan kemajuan mencar ilmu siswa yang akan berkhasiat bagi:
1.      Orang renta siswa.
2.      Pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah.
3.      pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah kesekolah lain, akan melanjutkan mencar ilmu atau akan memasuki lapangan kerja.20
        Agar fungsi ini sanggup berjalan dengan baik perlu dierhatikan hal-hal sebagai diberikut:
a.       Program diberikutnya itu mempunyai korelasi dengan pelajaran yang sudah ditempuhnya.
b.      Pelajaran diberikutnya itu masih dalam hal metode dan karakteristik siswa itu.
c.       Dapat dipergunakan menetukan materi pelajaran diberikutnya.
d.      Sebagai materi pertimbangan untuk menyempurnakan urutan serta banyaknya materi pelajaran dan metode yang dipergunakan dalam serangkaian kegiatan Belajar Mengajar.
Menurut Ismed Syarif fungsi test sumatif yakni sebagai diberikut:
-              Untuk pengisisan raport.
-              Untuk penentuan kenaikan kelas.
-              Untuk penentuan lulus tidaknya anakdidik ( ebta ).21
Dari uraian diatas, bahwa fungsi penilaian pada umumnya ialah suatu perjuangan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran yang diprogramkan dalam rangka membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa secara individual maupun secara kelompok, sehingga sanggup memutuskan kelemahan dan kemampuannya serta untuk mengetahui bidang-bidang mana yang harus diperbaiki, atau dirubah. Juga untuk menetukan dasar bagi perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan pendidikan. melaluiataubersamaini demikian sanggup terjangkau kebutuhan anakdidik baik secara individual maupun secara kelompok yang selaras dengan kematangan dan perkembangan anak didik.
B. Tijauan Tentang Al-Qur’an Hadits.
1. Bidang studi Al-Qur’an Hadits sebagai muatan kurikulum.
Al-Qur’an yakni ialah sumber aturan yang pertama dan utama dan Al-hadits yakni ialah sumber aturan yang kedua sekaligus menjadi penunjang untuk menunjukan ayat-ayat yang bersifat global dalam Al-Qur’an sehigga kedua sumber aturan tersebut saling berkaitan dan tidak sanggup di pisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua sumber aturan tersebut yakni ialah referensi bagi kita untuk kembali kepada jalan yang benar dan di ridloi oleh Allah SWT. sepertiyang sudah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Artinya: ”Sesungahnya Kami sudah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya.22
Bertitik tolak dari ayat tersebut diatas sudah terang bahwa Al-Qur’an yakni ialah suatu kitab suci yang sudah terjamin kemurniannya sebagai sumber aturan yang siap mengantar insan pada kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Maka dari itu jelaslah bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits ialah momentum untuk menuju earah yang benar yang di ridloi oleh Allah SWT.
Pengajaran Al-Qur’an dan hadits di Madrasah Tsanawiyah ialah langkah lanjutan dalam perjuangan mempersembahkan kemampuan kepada siswa unutk mempelajari, meresapi dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an dan hadits serta pesan yang tersirat yang terkandung didalamnya secara keseluruhan biar nantinya kedua sumber aturan Islam tersebut (Al-Qur’an dan Hadits)dapat dijadikan sebagai landasan hidupnya. Sehubungan dengan hal itu tersebut di atas Allah sudah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59 sebagai diberikut:
bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur  ÇÎÒÈ
Artinya: …kemudian jikalau engkau berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah-Nya)….23
Berdasarkan keputusan Mentri Agama No.45 tahun 1987, struktur Program Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Menengah Tingkat Pertama) ada tiga jenis acara yaitu:
a. Pendidikan Dasar Umum Yang Terdiri:
-          Qur’an Hadits
-          Aqidah Akhlaq
-          Fiqih
-          Pendidikan Moral Pancasila
-          Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
-          Pendidikan Olah Raga Dan Kesehatan
-          Pendidikan Kesenian
b. Pendidikan Dasar Akademik yang terdiri:
-          Sjarah Dan Kebudayaan Islam
-          Bahasa Indonesia
-          Bahasa Arab
-          Bahasa Ingris
-          Bahasa Daerah
-          Ilmu Pengetahuan Sosial
-          Matematika
-          Ilmu Pengetahuan Alam
1.      Biologi
2.      Fisika
c. Pendidikan Keterampilan24
Berdasarkan pada uraiaan tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa Al-Qur’an Hadits yakni ialah salah satu bidang studi yang harus didiberikan atau disajikan kepada siswa ditingkat Madrasah Tsanawayih  sebagai pendidikan dasar umum. melaluiataubersamaini demikian bidang studi Al-Qur’an Hadits di tingkat Madrasah Tsanawiyah yakni ialah salah satu muatan kurikulum yang harus didiberikan dan disajiakan kepada anak didik.
2. Dasar dan Tujuan Adanya Bidang Studi Al-Qur’an hadits.
Dasar dan tujuan yakni meupakan titik tolak dan pedoman di dalam melaksanakan kegiatan. Oleh lantaran itu dasar dan tujuan itulah yang akan mewarnai bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan itu.
a. Dasar-dasar adanya bidang studi Al-Qur’an Hadits adalah:
1. Dasar relegius.
                Allah sudah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya: Bacalah dengan mentebut nama tuhanmu yang      menciptakan. Dia sudah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah dengan nama tuhanmu yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dan mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya.25
Pada ayat tersebut diatas perintah membaca yakni ialah wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Pada ayat diatas juga disebutkan bahwa Allah SWT. Telah mengajar insan dengan perantaraan kalam (pena).
Hal ini menawarkan betapa pentingnya soal tulis baca bagi kehidupan insan lantaran bisa menulis dan membaca ialah modal utama bagi seseorang untuk mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan. melaluiataubersamaini demikian ayat-ayat tersebut diatas Allah SWT. menganjurkan pada kita selaku ummat Islam untuk ulet mempelajari serta memperdalam ilmu pengetahuan bagi kepentinagan hidaup dan kehidupan manusia.
Al-Qur’an dan Hadits ialah sendi-sendi kehidupaan yang paling fundamental bagi ummat Islam dalam mengatur hidaup dan kehidupan. Oleh lantaran itu sangat beralasan sekali bila pengajaran Al-Qur’an dan Hadits didiberikan atau disajikan dilembaga-lembaga pendidikan Islam menyerupai di Madrasah Tsanawiyah, sesuai dengan tuntutan ayat tersebut.
2. Dasar Ideal
Pelajaran Al-Qur’an Hadits yakni ialah pecahan dari pendidikan agama. melaluiataubersamaini demikian dasar idealnya pelajaran Al-Qur’an Hadits yakni sama dengan dasar ideal pendidikan agama.
Adapun dasar ideal pendidikan agama yakni falsafah pancasila. Secara umum dasar pendidikan agama ditetapkan dalam undang-Undang Republik Indonesia No.20 th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: ”Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”26
Seperti yang ditetapkan diatas bahwwa pelajaran Al-Qur’an Hadits yakni ialah pecahan dari pendidikan agama Islam. Sedangkan pendidikan agama Islam ialah sub sistem dari pendidikan nasional, maka dasar pendidikannya yakni pancasila. melaluiataubersamaini demikian pendidikan di Indonesia dijiwai dan mencerminkan identitas pancasila terutama sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus percaya dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana ketetapan MPR.RI.NO.II/MPR/1988 yang berbunyi:
Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa peri kehidupan beragama dan peri kehidupan berkepercayaan  terhadap Tuhan Yang Maha Esa yakni selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila.27
3. Dasar Struktural / konstitusional
pelaksanaan Al-Qur’an Hadits yang ialah pecahan dari pendidikan agama sebagaimana sudah diuraikan diatas bahwa pelaksanaan pendidikan di Indonesia selain berdasar pada falsafah Pancasila juga berdasar pada UUD 1945 sebagai dasar strukturalnya.
Dalam pasal 29 ayat 1dan 2, Undang-UndaangDasar 1945 menyatakan sebagai diberikut:
1.      Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.      Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan diberibadah berdasarkan agamanya dan kepercayaannya.28
Bunyi UUD 1945 tersebut diatas mengandung pengertian bahwa masyarakat negara republik Indonesia harus beragama, dalam arti orang-orang ateis (Anti Tuhan) dilarang hidup di bumi Nusantara. Dan negara menjamin kebasan diberibadah dan melaksanakan pedoman agamanya sesuai dengan agama yang diyakininya. Untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama, maka pendidikan agama harus dilaksanakan, sehingga apa yang dimaksud oleh pembukaan UUD 1945 pada alineaa keempat sanggup terlaksana.
Sedangkan pelajaran Al-Qur’an Hadits yang ialah sumber aturan Isalam sangat masuk akal sekali kalau dilembaga-lembanga pendidikan Islam menyerupai di Madrasah Tsanawiyah dijadikan sebagai salah satu bidang studi yang harus disajikan kepada anak didik, biar anak didik sebagai pemeluk agama Islam sanggup menawarkan perilaku Islami baik melalui perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Tujuan adanya bidang studi Al-Qur’an Hadits
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari bidang studi Al-Qur’an Hadits di tingkat Tsanawiyah setelah siswa menamatkan pelajarannya diharapkan memiliki:
-          Kemapuan membaca Al-Qur’an secara fasih, tartil, lancar, dan benar berdasarkan ilmu tajwid.
-          Pengetahuan tentang ayat-ayat Al-Qur’an  tertentu dan kemampuan untuk memahami pokok-pokok isinya.
-          Kesadaran dan kemampuan untuk meyakini serta untuk mengamalkan pedoman agama yang sudah mereka pelajari.29
3. Metode Pengajaran Al-Qur’an Hadits
metode yakni suatu cara untuk mendekatkan dalam pencapian tujuan yang sudah dirumuskan.
melaluiataubersamaini demikian metode sangat dibutuhkan di dalam merealisasikan tujuan yang di inginkan.
Metode berdasarkan WJS. Purwa Darminta adalah: ”cara yang sudah teratur dan terpikir baik dalam mencapai tujuan”.30 dengan rumusan tersebut diatas maka eksistensi metode dalam proses pencapaian tujuan pendidikan sama pentingnya dengan faktor-faktor pendidikan lainnya seperi pendidik, materi, akomodasi dan lainnya.
sepertiyang sudah diungkapkan bahwa tujuan pengajaran Al-Qur’an Hadits menyerupai tersebut diatas maka perjuangan untuk mewujudkan tujuan tersebut, peranan pemakaian metode yang tepat dan benar sangat megampangkan dalam pencpaiannya.
Dalam pengajaraan Al-Qur’an Hadits metode yang biasa digunakan yakni metode ceramah, metode tanya jawaban, metode penugasan (resitasi), dan metode demontrasi.
Untuk lebih jelasnya metode-metode menyerupai yang disebutkan diatas ini maka penulis merasa perlu untuk menguraaaikannya sebagaimana dibawah ini.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode dalam pendidikan dimana cara memberikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk klarifikasi uraiannya, guru guru sanggup memakai alat-alat  menolong mengajar yang lain misalnya: gambar-gambar, peta, denah, dan alat peraga lainnya.31
Kaprikornus jelasnya pada metode ini acara ditekankan pada guru, maka guru harus pintar menentukan kata-kata sedemikian rupa sehingga dengan bunyi yang cukup terang sanggup menarikdanunik perhatian anakdidik. melaluiataubersamaini demikian seorang guru harus bisa memahami terhadap materi yang akan disampaikan kepada anakdidik lantaran kita tahu bahwa mendidik disamping sebagai suatu ilmu juga sebagai suatu seni.dan perlu diketahui bahwa metode tersebut yakni metode yang paling renta yang hampir tiruana materi dalam pendidikan sanggup disampaikan dengan cara memakai metode ceramah tersebut.
Begitu pula pada zaman para nabi untuk memberikan dakwahnya ia banyak memakai metode ceramah menyerupai yang sudah dicontohkan oleh nabi Musa AS. Sebelum menjlankan misinya ia berdoa yang termaktub dalam Al-Qur’an surat thoha ayat 25-28 yang berbunyi sebagai diberikut:
tA$s% Éb>u ÷yuŽõ°$# Í< Íô|¹ ÇËÎÈ   ÷ŽÅc£our þÍ< ̍øBr& ÇËÏÈ   ö@è=ôm$#ur Zoyø)ãã `ÏiB ÎT$|¡Ïj9 ÇËÐÈ   (#qßgs)øÿtƒ Í<öqs% ÇËÑÈ
  Artinya:
25. Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, 26. Dan gampangkanlah untukku urusanku, 27. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, 28. Supaya mereka mengerti perkataanku.32
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya balasan ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan anakdidik menjawaban…33
Kaprikornus terang bahwa dalam prakteknya metode tanya balasan baik anakdidik maupun guru sama-sama aktif. Maka dari itu tidak menutup kemungkinan guru sebagai pengendali di dalam pelaksanaan proses mencar ilmu mengajar harus sanggup mencari celah-calah yang ada pada anakdidik biar perhatian anakdidik sanggup terangsang sehingga dengan demikian tujuan pendidikan yang sudah direncanakan sanggup dapat dicapai dengan baik. Begitu pula sehubungan dengan metode tanya balasan ini guru harus sanggup mencari waktu yang tepat kapan metode tersebut akan digunakan atau di terapkan pada anakdidik, lantaran kita tahu sifat dari metode diatas yakni sebagaia persepsi, selingan dan penilaian hingga sejauh mana anakdidik sanggup menangkap pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru dan juga sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki atau mencari cara yang tepat dalam memberikan materi pada anakdidik.
c. Metode Penugasan (Resitasi)
Metode resitasi ini sering disebut metode pekerjaan rumah, yakni anakdidik didiberi kiprah khusus diluar jam pelajaran.34
Metode tersebut sering dipergunakan juga dalam bidang studi Al-Qur’an Hadits yang bersifat peraktis menyerupai menghafal dan cara menulis yang benar yang pada pertemuan diberikutnya anakdidik-anakdidik disuruh mengumpulkan kiprah yang sudah dikerjakan dirumahnya untuk dipertanggung jawabankan kepada guru yang bersangkutan.
Dan perlu penulis jelaskan bahwa pelaksanaan ini bawah umur mengerjakan tugasnya tidak spesialuntuk dirumah tapi sanggup dikerjakan pula diperpustakaan, dilaboratorium, dan lain sebagainya. Metode resitasi ini sanggup dipergunakan apabila guru menginginkan:
1.      Apabila guru mengharapkan biar tiruana pengetahuan yang sudah diterima anak lebih lengkap.
2.      untuk mengaktifkan bawah umur mempelajari sendiri suatu duduk perkara dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba sendiri mempraktekkan pengetahuannya.
3.      metode ini merangsang anak untuk lebih aktif dan rajin.35
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yakni metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau anakdidik sendiri menunjukkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melaksanakan sesuatu.36
Adapun kaitannya dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits disekolah-sekolah guru sanggup memperguanakan metode ini biar anak mempunyai keterampilan tertentu dan juga memmenolong megampangkan anak dalam memahami dengan terang suatu proses dengan penuh perhatian alasannya yakni lebih menarikdanunik. Karena dengan mendemonstrasikan suatu pelajaran maka sanggup dimungkinkan bawah umur lebih tekun dan ulet didalam mengikuti suatu mata pelajaran lantaran anak tidak merasa jenuh dan anak sanggup menghayati dengan sepenuh hati.
melaluiataubersamaini dilaksanakannya test formatif pada setiap simpulan satu satuan pelajaran dalam proses mencar ilmu mengajar sangat kuat pada giatnya mencar ilmu siswa lantaran hasil test formatif itu akan mempersembahkan informasi pada diri anak hingga sejauh mana materi yang sudah didiberikan itu. Disamping itu hasil test formatif akan kuat pula terhadap nilai yang diperoleh pada test sumatif. Maka dari itu motivasi dari guru sebagai motivator sangat diharapkan sekali. Karena gurulah yang memegang peranan penting sebagai motivator disamping alat penunjang lainnya menyerupai adanya perpustakaan  yang tersedia disekolah itupun juga sangat kuat terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Oleh lantaran itu dengan diadakannya test formatif pada setiap ketika maka sangatlah kuat terhadap giatnya mencar ilmu siswa. Lebih sering diadakan test formatif maka sering pula anak belajar, artinya dengan diadakannya test formatif setiap saat, anak dengan sendirinya akan mempersiapkan diri menghadapi soal-soal yang akan diujikan, sehingga bawah umur tidak canggung lagi menghadapi soal-soal yang akan disajikan pada test-test yang lain dan bawah umur akan lebih teliti lagi didalam menghadapi bentuk-bentuk soal begitu pula dalam menjawabannya. Akibat seringnya siswa dilatih memahami bentuk-bentuk soal dengan sendirinya siswa merasa wajib untuk lebih ulet lagi dalam belajarnya. melaluiataubersamaini bertamabah giatnya siswa mencar ilmu maka ia akan memperoleh apa yang dicita-citakan tiu, maka mencar ilmu yang akan ditempuh oleh diri anak tidak sia-sia lantaran anak sanggup mencicipi hasil dari giatnya anak belajar, demikian halnya sang guru yang berperan sebagai motivator akan merasa puas dan bahagia melihat anak didiknya memperoleh nilai yang lumayan sehingga guru tidak segan-segan untuk selalu meningkatkan cara mengajarnya dan guru tersebut akan selalu mengoreksi diri untuk lebih meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar. Maka dari itu akan terjadilah gesekan-gesekan yang akan menjadikan keberhasilan mereka masing-masing baik sebagai anak didik maupun sebagai guru didalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
2. Munculnya Kelompok Belajar
Belajar kelompok yakni perjuangan bersama dari bebrapa individu yang berusaha ingin mencapai tujuan, dalam perjuangan meraih prestasi yang optimal. Belajar kelompok mempunyai peranan yang cukup penting, dimana dengan mencar ilmu kelompok anak sanggup bertukar pikiran, saling efek mempengaruhi serta saling mengisi antara yang satu dengan yang lainnya.
Namun untuk melaksanakan mencar ilmu secara kelompok ini biasanya banyak kendala-kendala yang akan dihadapi anara lain:
1.      Kesesuaian waktu pagi para anggota biar mereka sanggup mencar ilmu bersama
2.      kesadaran bagi para siswa untuk sanggup selalu berada dalam kesatuan kelompoknya selama dalam belajar.
3.      kesukaran tempat, utamanya bagi mereka yang jarak sekolahnya dan rumahnya jauh.
Adapun efek hasil test formatif terhadap keberhasilan siswa pada test sumatifnya yakni besar sekali, alasannya yakni dari hasil test formatif  itu anak akan mengetahui terhadap kelemahan-kelemahan dan belum sempurnanya-belum sempurnanya yang ada pada dirinya. Kemudian berangkat dari belum sempurnanya-belum sempurnanya dan kelemahan-kelemahan itu, timbullah keinginan dari diri anak untuk menutupi belum sempurnanya dan kelemahan yang ada pada dirinya itu sanggup ditutup oleh kawan-kawannya yang lain.
3. Siswa Lebih Mantap Dalam Memahami Bidang Studi Al-Qur’an Hadits
Dalam proses mencar ilmu mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar (guru) sebagai pelaksana kiprah pengajar disatu pihak dengan masyarakat mencar ilmu (siswa atau anak didik) di pihak lain. Interaksi antara guru dengan anak didik (anakdidik) diharapkan ialah proses motivasi. Maksudnya bagaimana dalam proses mencar ilmu mengajar itu guru sebagai motivator bisa mempersembahkan dan berbagi serta memberikan materi pelajaran kepada anak didik biar anak didik sanggup melaksanakan mencar ilmu secara optimal supaya anak lebih mantap dalam memahami materi pelajaran khususnya memahami isi dan kandugan Al-Qur’an Hadits.
Sehubungan dengan pengembangan motivasi mencar ilmu siswa, para guru terutama guru bidang studi Al-Qur’an Hadits sudah mengadakan perjuangan dengan banyak sekali cara yang ditempuh, salah satu diantaranya ialah dengan jalan mengadakan test formatif pada setiap simpulan satu satuan pelajaran. Teknik ini banyak memmenolong siswa untuk mencar ilmu lebih ulet lagi dan pihak guru juga berusaha memperbaiki belum sempurnanya-belum sempurnanya yang ada pada dirinya sehingga proses mencar ilmu mengajar berjalan dengan penuh gairah antara siswa saling tunjang menunjang pencapaian tujuan yang diharapkan.
Berkaitan dengan pelaksanaan test formatif yang dilaksanakan pada setiap simpulan satu satuan pelajaran untuk merangsang sisiwa biar selalu mencar ilmu bahkan diharapkan oleh guru khususnya dan sekolah umumnya untuk merubah cara mencar ilmu khususnya dalam bidang studi Al-Qur’an Hadits biar siswa lebih mantap  didalam memahami isi dan kandungan Al-Qur’an Hadits. Maka dari itu pihak guru khususnya dan sekolah umumnya berkewajiban mempergampang dan membangkitkan motivasi mencar ilmu siswa dengan jalan memahmi akomodasi dan kebutuhan mencar ilmu lainnya, yang tiruananya dilokasi penelitian yakni MTs. Khairul Muttaqin Banaresep Timur masih dalam tahap penyempurnaan.
Kaprikornus pelaksanaan test formatif utamanya dilokasi penelitian mempunyai dampak positif dalam proses belajar, dengan adanya kenyataan siswa sudah menempuh banyak sekali macam cara mencar ilmu untuk meraih apa yang dicita-citakan.
melaluiataubersamaini banyak sekali macam cara mencar ilmu yang ditempuh oleh siswa, akibatnya siswa sanggup mencicipi hasil usaspesialuntuk itu yaitu dengan mereka lebih mantap dalam memahami isi dan kandunganAl-Qur’an Hadits yang didiberikan kepadanya.

0 komentar

Posting Komentar